Posted by : webmaster
Wednesday, November 12, 2014
Sepulang sekolah, Haruto
menutuskan untuk jalan jalan terlebih dahulu, hari sudah semakin sore,
terlihat di taman ini banyak wajah yang tersenyum bahagia, tapi tidak
sedikit juga dengan raut wajah yang datar dan sedih, semua orang
memiliki masalah kehidupan masing masing, walau mereka di anugrahi
dengan sihir tapi tetap saja, masalah dan masalah selalu saja ada di
dalam hidup ini, tidak seperdi di anime, film, atau novel yang memiliki
banyak akhir happy ending, Haruto menuju mesin penjual minuman kaleng.
“hari ini gw mau minum yang bersoda biar seger” Haruto berbicara sendiri
Haruto duduk di sebuah bangku taman, sambil memperhatikan orang orang lewat, dunia yang di anugrahi oleh sihir, sungguh menggelikan, mereka mulai membagi kasta menurut keturunan dan sihir yang mereka kekuasai, semakin hebat dan mematikan sebuah sihir tersebut maka keluarga mereka semakin di hormati, oleh sebab itu banyak terjadi perbedaan status social. orang dari keluarga kecil dan tidak terkenal menjual sihir untuk mereka mencari uang, mereka membuat pertunjukan keliling, dan membuat orang orang tertawa dengan sihir mereka, tapi bagai mana lagi, ini lah hidup, mereka enggan untuk melakukan kejahatan, tapi sebagian orang mereka juga harus melakukan kejahatan, sebenarnya apa yang salah dengan ke hidupan, baik dan benar, jahat dan baik, tentu mereka semua memiliki alasan masing masing yang sangat tepat.
Hukum dan Pengadilan sihir yang di buat, untuk mengadili dan menjerat orang orang yang menyalah gunakan sihir mereka, dimana hukuman yang sangat berat, dari penjara hingga di hukum mati di dalam ruangan persidangan, Hukum itu adalah Absolute. Orang orang yatim piatu, bukan kehendak mereka seperti itu, mereka juga menginginkan kehangatan sebuah keluarga, hari sudah semakin mendung, haruto pun mengambil payung lipat dari tas miliknya, tidak lama pun hujan turun. Haruto pun berjalan menuju rumahnya, di ajalan ia melihat seorang wanita dengan pakian yang lusuh dan basah, tanpa menggunakan alas kaki, ia melihat ke arah Haruto.
“ada apa dengan orang itu, melihat ke arah gw mulu, apa karena gw ganteng kali ye” gumam haruto sambil ketawa kecengengesan
Tidak lama suara benda terjatuh pun terdengar, Haruto dengan reflek membalik badanya dan melihat wanita tersebut terjatuh ke tanah, dan di maki maki oleh pemilik toko dimana tempat ia berteduh.
“oi orang tua, dimana sikap sopan santun mu ?” Haruto dengan gaya preman
“dasar bocah, gak ada urusan sama bocah sma seperti mu” ujar orang tua tersebut membuang muka
“cih” Haruto kesal
Wanita tersebut terus saja memandangi Haruto walau ia terjatuh di jalan yang kotor, orang orang yang lewat disana memperhatikan kejadian tersebut, Haruto melihat ke kiri dan kenan, dalam hati haruto dia harus bertindak keren, dan menghampiri wanita tersebut
“siapa nama mu ?” haruto duduk jongkok
“Edelfelt Vien” jawab Vien singat
“aku Watanabe Haruto, panggil saja Haruto dan sekarang berdiri, aku akan bawa kamu ke rumah ku” Haruto dengan membarikan uluran tanganya
“apa kau akan menerima ku ?” tanya Vien dengan raut wajah sedih
“rumah ku terlalu besar, setidaknya kau bisa menjadi teman ngobrol dan bantu aku merawat rumah” Haruto tersenyum
Vien pun diam saja, dan mengikuti Haruto dari belakang sambil hujan Hujanan.
“kenapa dengan wanita ini” Haruto kesal dan membalik badanya
“Haruto San ?” tanya Vien
“sini dekat dekat nanti kamu sakit kena demam” Haruto memayungi Vien
“tapi Haruto san” Vien Ragu dan merasa tidak enak
“kalo kau sakit nanti di rumah ku, kau abakal membuat ku ke repotan dan berhenti memanggil ku dengan akhiran San” haruto dengan nada tinggi
“haruto” Vien dengan nada terbata bata
“bagus, ayo kita pulang” Ajak Haruto
Setiba di depan rumah, Haruto melihat lampu rumahnya menyala, haruto melihat ke Vien
“gawat kalo orang tua ku pulang, bisa bisa aku di bunuh mereka membawa wanita ini” gumam haruto dalam Hati
Pintu rumah haruto pun terbuka dan, hall yang sangat mengejutkan, Sanae muncul di hadapan mereka berdua
“dasar!!!!!! Cowo masokis!!!!!!” Leah Menendang Haruto hingga Haruto membentur Tiang Listrik
“ada apa Sanae ribut ribut ?” tanya Reah dan tertegun melihat Vien
“salam kenal, aku Edelfelt Vien pelayan haruto san” Vien dengan nada lembut
“… salam kenal aku Reah dan ini adik ku Sanae” Reah membalas salam dari Vien
Reah menarik tangan Vien ke dalam Rumah, dan Sanae mengunci pintu, membiarkan Haruto pingsan di jalan, 15 menit kemudian haruto sadar dari pingsanya, dengan baju yang basah, di hadapanya berdiri seorang wanita yang tidak asing, satu sekolah dan sekelas, ya itu Tohsaka.
“apa yang kau lakukan ?” tanya Tohsaka dengan nada dingin
“aku sedang menjiwai bagai mana rasanya hidup di jalan” haruto mencari alasan
“itu rumah mu ?” tanya Tohsaka
“iya, tapi disana ada seorang yang menyeramkan” ujar Haruto
“ibu mu ?, kaka mu ? adik mu ? ayah mu ?” Tohsaka bertanya semua
“bukan, tapi seseorang yang aku kenal dan suka mengancam ku dengan tanpa ampun memberikan hukuman kepada diri ku” Haruto duduk bersila
“ternyata kau memang masokis” Tohsaka dengan pandangan jijik
“enak aja gw gak masokis” balas Haruto
“ibarat kata, mana ada maling ngaku maling” Tohsaka dengan kata kata yang menusuk
“gw bukan maling” tegas Haruto
“menjijikan, Masokis sekaligus orang tidak jujur” Tohsaka meninggalkan Haruto dengan santainya
Haruto berdiri dan menuju pintu rumahnya, dan ternyata di kunci dari dalam.
“oi!!!! Buka buka!!!!” Haruto sambil menggedor pintu rumahnya
“hari ini gw mau minum yang bersoda biar seger” Haruto berbicara sendiri
Haruto duduk di sebuah bangku taman, sambil memperhatikan orang orang lewat, dunia yang di anugrahi oleh sihir, sungguh menggelikan, mereka mulai membagi kasta menurut keturunan dan sihir yang mereka kekuasai, semakin hebat dan mematikan sebuah sihir tersebut maka keluarga mereka semakin di hormati, oleh sebab itu banyak terjadi perbedaan status social. orang dari keluarga kecil dan tidak terkenal menjual sihir untuk mereka mencari uang, mereka membuat pertunjukan keliling, dan membuat orang orang tertawa dengan sihir mereka, tapi bagai mana lagi, ini lah hidup, mereka enggan untuk melakukan kejahatan, tapi sebagian orang mereka juga harus melakukan kejahatan, sebenarnya apa yang salah dengan ke hidupan, baik dan benar, jahat dan baik, tentu mereka semua memiliki alasan masing masing yang sangat tepat.
Hukum dan Pengadilan sihir yang di buat, untuk mengadili dan menjerat orang orang yang menyalah gunakan sihir mereka, dimana hukuman yang sangat berat, dari penjara hingga di hukum mati di dalam ruangan persidangan, Hukum itu adalah Absolute. Orang orang yatim piatu, bukan kehendak mereka seperti itu, mereka juga menginginkan kehangatan sebuah keluarga, hari sudah semakin mendung, haruto pun mengambil payung lipat dari tas miliknya, tidak lama pun hujan turun. Haruto pun berjalan menuju rumahnya, di ajalan ia melihat seorang wanita dengan pakian yang lusuh dan basah, tanpa menggunakan alas kaki, ia melihat ke arah Haruto.
“ada apa dengan orang itu, melihat ke arah gw mulu, apa karena gw ganteng kali ye” gumam haruto sambil ketawa kecengengesan
Tidak lama suara benda terjatuh pun terdengar, Haruto dengan reflek membalik badanya dan melihat wanita tersebut terjatuh ke tanah, dan di maki maki oleh pemilik toko dimana tempat ia berteduh.
“oi orang tua, dimana sikap sopan santun mu ?” Haruto dengan gaya preman
“dasar bocah, gak ada urusan sama bocah sma seperti mu” ujar orang tua tersebut membuang muka
“cih” Haruto kesal
Wanita tersebut terus saja memandangi Haruto walau ia terjatuh di jalan yang kotor, orang orang yang lewat disana memperhatikan kejadian tersebut, Haruto melihat ke kiri dan kenan, dalam hati haruto dia harus bertindak keren, dan menghampiri wanita tersebut
“siapa nama mu ?” haruto duduk jongkok
“Edelfelt Vien” jawab Vien singat
“aku Watanabe Haruto, panggil saja Haruto dan sekarang berdiri, aku akan bawa kamu ke rumah ku” Haruto dengan membarikan uluran tanganya
“apa kau akan menerima ku ?” tanya Vien dengan raut wajah sedih
“rumah ku terlalu besar, setidaknya kau bisa menjadi teman ngobrol dan bantu aku merawat rumah” Haruto tersenyum
Vien pun diam saja, dan mengikuti Haruto dari belakang sambil hujan Hujanan.
“kenapa dengan wanita ini” Haruto kesal dan membalik badanya
“Haruto San ?” tanya Vien
“sini dekat dekat nanti kamu sakit kena demam” Haruto memayungi Vien
“tapi Haruto san” Vien Ragu dan merasa tidak enak
“kalo kau sakit nanti di rumah ku, kau abakal membuat ku ke repotan dan berhenti memanggil ku dengan akhiran San” haruto dengan nada tinggi
“haruto” Vien dengan nada terbata bata
“bagus, ayo kita pulang” Ajak Haruto
Setiba di depan rumah, Haruto melihat lampu rumahnya menyala, haruto melihat ke Vien
“gawat kalo orang tua ku pulang, bisa bisa aku di bunuh mereka membawa wanita ini” gumam haruto dalam Hati
Pintu rumah haruto pun terbuka dan, hall yang sangat mengejutkan, Sanae muncul di hadapan mereka berdua
“dasar!!!!!! Cowo masokis!!!!!!” Leah Menendang Haruto hingga Haruto membentur Tiang Listrik
“ada apa Sanae ribut ribut ?” tanya Reah dan tertegun melihat Vien
“salam kenal, aku Edelfelt Vien pelayan haruto san” Vien dengan nada lembut
“… salam kenal aku Reah dan ini adik ku Sanae” Reah membalas salam dari Vien
Reah menarik tangan Vien ke dalam Rumah, dan Sanae mengunci pintu, membiarkan Haruto pingsan di jalan, 15 menit kemudian haruto sadar dari pingsanya, dengan baju yang basah, di hadapanya berdiri seorang wanita yang tidak asing, satu sekolah dan sekelas, ya itu Tohsaka.
“apa yang kau lakukan ?” tanya Tohsaka dengan nada dingin
“aku sedang menjiwai bagai mana rasanya hidup di jalan” haruto mencari alasan
“itu rumah mu ?” tanya Tohsaka
“iya, tapi disana ada seorang yang menyeramkan” ujar Haruto
“ibu mu ?, kaka mu ? adik mu ? ayah mu ?” Tohsaka bertanya semua
“bukan, tapi seseorang yang aku kenal dan suka mengancam ku dengan tanpa ampun memberikan hukuman kepada diri ku” Haruto duduk bersila
“ternyata kau memang masokis” Tohsaka dengan pandangan jijik
“enak aja gw gak masokis” balas Haruto
“ibarat kata, mana ada maling ngaku maling” Tohsaka dengan kata kata yang menusuk
“gw bukan maling” tegas Haruto
“menjijikan, Masokis sekaligus orang tidak jujur” Tohsaka meninggalkan Haruto dengan santainya
Haruto berdiri dan menuju pintu rumahnya, dan ternyata di kunci dari dalam.
“oi!!!! Buka buka!!!!” Haruto sambil menggedor pintu rumahnya