Lebih dari setahun berlalu sejak Knights of the Blood menempati posisi terbaik diantara semua guild yang ada.
Sejak saat itu, ketua guildnya, si <Man of Legend>, dan
wakil ketua nya Asuna si <Flash> menjadi terkenal sebagai dua
orang dari warrior terbaik di Aincrad. Sekarang aku mempunyai kesempatan
untuk mengamati Asuna yang sudah menyelesaikan latihan skill yang
dibutuhkan oleh seorang rapier-sword fencer, bertarung melawan monster
biasa.
Kami sedang berada didalam pertarungan, dan musuhnya adalah
swordman tengkorak yang bernama <Demonic Servant>. Tingginya lebih
dari dua meter, dikelilingi oleh sebuah cahaya biru yang membuatku
merinding, dan memegang sebuah pedang lurus yang besar di tangan
kanannya dan sebuah perisai bulat yang terbuat dari logam di tangan
kirinya. Monster itu tidak memiliki satu otot pun, meski begitu dia
memiliki strength stat yang sangat tinggi, membuatnya menjadi sulit
untuk dilawan.
Tapi Asuna tidak mempedulikan hal itu.
“Hrrrrgrrrr!”
Dengan sebuah teriakan aneh, tengkorak itu mengayunkan pedangnya
beberapa kali meninggalkan sebuah garis cahaya di jalur ayunannya. Itu
adalah sebuah skill combo 4-hit: <Vertical Square>. Ketika aku
melihatnya sambil khawatir dari beberapa langkah dibelakangnya, Asuna
melangkah kekiri dan kekanan, menghindari semua serangan dengan elegan.
Bahkan jika ini adalah situasi 2-lawan-1, kami tidak bisa
bertarung sekaligus ketika menghadapi musuh yang bersenjata lengkap. Itu
tidaklah dilarang oleh systemnya, tapi ketika dua orang berada terlalu
dekat didalam pertarungan dimana pedang-pedang diayunkan dengan
kecepatan yang lebih cepat dari mata, itu lebih menjadi gangguan
daripada menolong. Jadi ketika berparty, sebuah kemampuan yang
memerlukan kerjasama tingkat tinggi yang di sebut <switching>
digunakan.
Setelah ayunan penuhnya, dan serangan terakhirnya meleset, postur
dari Demonic Servant itu agak sedikit goyah. Asuna tidak melewatkan
kesempatan ini dan langsung melakukan counter-attack.
Tusukan dari pedang silver-putih nya mendarat satu per satu,
semuanya dengan spektakular mengenai target mereka, dan HP dari
tengkorak itu berkurang. Setiap serangan tidak membuat damage yang
besar, tapi jumlah serangannya sangat besar.
Setelah terkena serangan tiga tusukan cepat, perisai tengkorak
itu menjadi sedikit naik, dan Asuna mengganti gayanya dan menebas dua
kali di kaki musuhnya. Lalu, dengan ujung pedangnya yang bersinar putih
dengan terang, dia mengirimkan dua tusukan keras di bagian atas dan
bawah.
Itu adalah combo 8-hit. Itu mungkin adalah sword skill level
tinggi yang bernama <Star Splash>. Menyerang tengkorak itu dengan
tepat dengan pedangnya yang tipis, yang biasanya tidak efektif melawan
musuh seperti itu, itu adalah bukti dari kemampuannya yang luar biasa.
Kekuatan yang telah mengurangi sekitar tiga puluh persen dari HP
tengkorak itu juga mengagumkan, tapi aku terpanah melihat ke elegan-an
player yang melakukannya. Ini pasti yang mereka sebut dengan sword
dancing.
Asuna berteriak kepadaku, yang sedang berdiri disana seperti
orang bodoh, itu seperti kalau dia mempunyai mata di belakang kepalanya.
“Kirito, switch!”
“Ah, oke!”
Aku buru-buru mengangkat pedangku, dan pada saat yang sama, Asuna melakukan tusukan kuat.
Tengkorak itu menangkis serangan itu dengan perisai di tangan
kirinya dan percikan terang muncul. Tapi itu adalah hasil yang
diinginkan. Musuhnya menjadi terhenti selama beberapa saat setelah
menangkis serangan kuat itu, tidak bisa segera membalas.
Tentu saja, Asuna juga terhenti setelah mendapatkan serangannya dihentikan, tapi <celah> nya adalah yang terpenting.
Aku segera menerobos dengan sebuah charge-type skill. Membuat
sebuah break point dengan sengaja ditengah-tengah pertarungan dan
bertukar tempat dengan teman, itulah yang disebut <switching>.
Setelah memastikan kalau Asuna telah keluar dari jarak
seranganku, aku menerjang dengan cepat kearah musuhku. Kecuali kau
adalah seorang ahli sepertinya, tebasan biasa jauh lebih berguna melawan
musuh yang mempunyai lebih banyak <celah> daripada Demonic
Servant ini. Dalam situasi seperti ini, yang paling efektif adalah
dengan senjata yang bertipe benturan seperti mace. Tapi aku dan mungkin
asuna juga tidak memiliki senjata tipe benturan.
<Vertical Square> yang kugunakan untuk menyerang musuh kena
keempatnya dan mengurangi banyak HP nya. Tengkorak itu bereaksi dengan
lambat. Ini mungkin karena AI dari monster memiliki delay beberapa saat
sebelum merespon ketika pola serangan penyerangnya tiba-tiba berubah.
Kemarin, aku telah menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk melakukan
hal ini saat melawan lizardman, tapi ketika kau mendapat seorang
teammate, satu switch adalah semua yang kau butuhkan. Ini adalah
keuntungan terbesar bertarung bersama party.
Aku menangkis serangan balasannya dan memulai sebuah skill besar
untuk mengakhiri pertarungan. Aku mengirimkan sebuah serangan kuat
menurun kearah kanan, lalu memutar pergelanganku dan menebas keatas
lagi, mengikuti jejak tebasanku tadi dengan gerakas seperti melakukan
ayunan golf. Setiap kali pedangku mengenai tubuh musuh yang sepenuhnya
terbuat dari tulang, terdengar suara benturan dan sebuah cahaya orange
keluar.
Tengkorak itu mengangkat perisainya untuk menangkis serangan yang
dipikirnya akan datang dari atas, tapi aku tidak melakukan sesuai
dugaannya dan menabraknya dengan bahu kiriku. Lalu aku mengirimkan
sebuah tebasan vertikal kearah tengkorak yang tidak seimbang itu, dan
tanpa berhenti aku menabraknya lagi dengan bahu kananku kali ini. Itu
adalah sebuah skill yang menggabungkan beberapa serangan kuat dengan
melakukan tackle: <Meteor Break>. Tidak menyombong, tapi ini
adalah skill yanfg membutuhkan kemampuan bertarung tanpa senjata dan
juga kemampuan bertarung dengan pedang satu tangan.
HP musuhnya berkurang banyak dari semua serangan itu dan sekarang
berada di area merah. Aku menggunakan semua tenaga di tubuhku untuk
melakukan tebasan horizontal kearah kiri terakhir dari combo 7-hit
<Meteor Break>. Pedangnya mengenai leher tengkorak itu,
menciptakan garis bersinar yang terang. Tulangnya patah dengan suara
menggeretak dan kepala tengkorak itu mental keudara, tubuhnya jatuh ke
tanah seperti sebuah boneka yang terputus tali yang menopangnya.
“Kita menang!!”
Asuna menepuk pundakku dimana pedangku berada.
Kami membiarkan pembagian itemnya untuk nanti dan mulai berjalan lagi.
Hingga sekarang, kami telah melawan monster empat kali tapi kami
menang hampir tanpa ada damage yang mengenai kami. Karena gaya bertarung
Asuna banyak menggunakan tusukan sedangkan gaya bertarungku adalah
untuk menggabungkan skill-skill besar, itu membuat AI monsternya menjadi
tegang-dalam hal algoritma, bukan kemampuan proses CPU yang
sebenarnya—dan membuat skill kami menjadi cocok. Mungkin level kami juga
tidak berbeda terlalu jauh.
Kami berjalan berhati-hati melewati gang megah yang dikelilingi
oleh tiang-tiang. Tidak ada kemungkinan untuk diserang tiba-tiba dengan
kemampuan scan ku, Tapi gema dari langkah kaki kami terus membuatku
khawatir. Di labyrinth ini tidak terdapat sumber cahaya, tapi lingkungan
di sekeliling kami mengeluarkan cahaya redup yang misterius, jadi kami
bisa melihat dengan baik.
Aku dengan hati-hati memeriksa gang yang memantulkan cahaya biru yang lembut.
Di lantai bawah labyrinthnya terbuat dari batu kapur berwarna
coklat kemerahan. Tapi ketika kami naik ke atas, lingkungannya terbuat
dari sejenis batu yang mengeluarkan cahaya biru. Tiang-tiangnya terukir
dengan gambar yang menakjubkan tetapi membuat merinding, dan genangan
air yang dangkal mengalir dibawah kaki kami, menutupi lantainya. Kau
bisa bilang kalau suasananya menjadi <lebih berat>. Di peta tidak
ada lagi banyak tempat kosong. Jika tebakanku benar maka area di depan
mungkin adalah-
Di ujung gang, sepasang pintu berwarna abu-abu kebiruan berdiri
menanti kedatangan kami. Pahatan di pintu itu mirip dengan yang ada di
tiang-tiang. Bahkan jika semua ini hanyalah dunia yang terbuat dari
data, aura yang aneh terasa keluar dari pintu itu.
“…apakah, itu…”
“Mungkin…? Itu adalah ruangan boss.”
Asuna memegang lengan mantelku dengan erat.
“Apa yang harus kita lakukan…? Hanya melihat saja tidak apa-apa kan?”
Kebalikan dengan apa yang dia katakan, suaranya terdengar tidak
tenang. Bahkan jika dia adalah seorang top class swordswoman, sepertinya
dia masih menganggap hal-hal seperti ini menakutkan. Yah, itu wajar
saja, sungguh. Akupun juga merasa takut.
“…Yah, untuk jaga-jaga ayo siapkan item teleportasi.”
“Ya.”
Asuna mengangguk dan mengeluarkan sebuah kristal biru dari kantungnya. Aku juga menyiapkan itemku.
“Siap…? Aku akan membukanya…”
Dengan tangan kananku yang dipegang erat oleh Asuna, Aku
menyentuh pintu besi itu, dan tangan kiriku menggenggam crystal. Jika
ini adalah dunia nyata, telapak tangan ku pasti sudah dibanjiri oleh
keringat sekarang.
Ketika aku perlahan-lahan mengeluarkan tenaga dari tanganku,
pintunya, yang setidaknya terlihat lebih tinggi dua kali lipat dari
tinggiku, terbuka dengan agak mudah. Ketika itu mulai bergerak, kedua
pintu itu terbuka dengan begitu cepat hingga kami berdua kaget. Aku dan
Asuna berdiri disitu menahan napas kami ketika pintu besar itu berhenti
bergerak dengan suara benturan keras dan menunjukkan kami apa yang ada
didalam.
-Atau itulah yang kami pikir; didalam sangat gelap. Cahaya yang
menyinari gang tempat kami berada sepertinya tidak mencapai ujung dari
ruangan itu. Kegelapan dingin yang tebal tidak menunjukkan apapun
seberapa kerasnya kami mencoba melihatnya.
“…”
Segera setelah aku membuka mulutku, sepasang api biru keputihan
terlihat menyala jauh di dalam ruangan, lalu pasangan api lainnya muncul
dan muncul.
Whoooooosh… dengan suara yang terus terdengar itu, sebuah jalan
kecil menuju tengah ruangan terbentuk dalam sekejap mata. Diujungnya,
sebuah pilar api terbentuk, dan ruangan persegi itu dipenuhi dengan
cahaya biru. Ruangannya cukup luas. Sepertinya semua tempat kosong
dipeta termasuk kedalam ruangan ini.
Asuna menempel ke tangan kananku seperti untuk menahan
kegelisahannya, tapi aku tidak memiliki ruangan yang cukup dikepalaku
untuk menikmati perasaan ini. Itu karena, dibalik pilar api itu, sebuah
tubuh yang besar mulai muncul.
Ada dua tandung yang meliuk yang menempel di kedua sisi kepalanya. Matanya yang terlihat seperti terbakar oleh api biru terang, tertuju kearah kami. Tubuh bagian bawahnya dilapisi oleh bulu berwarna biru laut dan tidak terlihat terlalu jelas di balik apinya, tapi itu terlihat kalau itu adalah bulu binatang. Simpelnya, monster itu adalah demon (setan) dilihat dari manapun.
Ada jarak yang cukup jauh diantara bagian tengah ruangan dan pintu masuknya. Meski begitu, kami berdiri membatu di tempat ini tidak bisa menggerakkan satu ototpun. Dari semua monster yang kami lawan hingga sekarang, ini adalah pertama kalinya ada yang berbentuk demon. Itu adalah sesuatu yang sudah terbiasa kulihat karena banyak sekali game RPG yang telah kumainkan. Tapi sekarang aku benar-benar melihatnya, aku tidak bisa menahan ketakutan yang keluar dari dalam tubuhku.
Aku perlahan-lahan memfokuskan mataku dan membaca kata-kata yang muncul: <The Gleameyes>. Itu tidak salah lagi adalah boss di lantai ini. Kata "The" di depan namanya adalah buktinya. Gleameyes—yang matanya memancarkan cahaya.
Ketika aku memikirkan hal itu, demon biru itu tiba-tiba mulai menggoyangkan hidungnya yang panjang dan mulai berteriak. Api biru yang muncul mengguncang ruangannya dengan kasar dan menggetarkan lantai ruangannya. Napasnya yang berapi keluar dari hidung dan mulutnya ketika dia mengangkat pedangnya. Lalu demon biru itu mulai menerjang lurus kearah kami dengan kecepatan yang tidak bisa dipercaya—membuat lantainya berguncang—tanpa memberikan kami waktu untuk bisa berpikir.
“Ahhhhhhhhhhhhhhh!”
“Kyaaaaaaaaaaaaaa!”
Sambil berteriak bersamaan, kami berbalik seratus delapan puluh derajat dan berlari secepat yang kami bisa. Kami tahu secara teori kalau boss tidak bisa keluar dari ruangannya, tapi kami tidak tahan berada disana. Mempercayakan tubuh kami kepada dexterity stats yang telah kami latih hingga sekarang, kami berlari seperti angin melewati gang yang ada.