Setelah menyelesaikan pertarunganku dengan musuh yang kuat yang
sedang berpatroli di <Labyrinth Area> di lantai 74, aku mengingat
jalan kembaliku, begitu juga dengan masa lalu, dan menghela napasku
ketika aku melihat cahaya dari jalan keluar.
Aku mengosongkan pikiranku, berjalan dengan cepat keluar dari
labyrinth area, dan menghirup udara yang segar dan bersih dalam-dalam.
Di hadapanku, lorong yang sempit berubah menjadi hutan yang lebat
dan penuh dengan pohon. Di belakang ku, labyrinth area tempatku keluar
barusan menjulang tinggi hingga ke langit—atau lebih tepatnya hingga ke
permukaan bagian bawah lantai selanjutnya.
Karena tujuan akhir gamenya adalah untuk mencapai puncak
tertinggi dari kastil ini, dungeon di dunia ini tidak menuju ke bawah
tanah melainkan berbentuk menara. Tapi, setting dasarnya tidak berubah:
monster di labyrinth area lebih kuat dibandingkan monster yang berada di
jalanan, dan boss monster menunggu di bagian terdalam dari labyrinth
area.
Saat ini, delapan puluh persen dari labyrinth area di lantai 74
telah di jelajahi, atau dengan kata lain, telah di <mapped>. Dalam
beberapa hari, boss room mungkin akan ditemukan, dan sebuah tim untuk
melawan boss dengan anggota yang banyak akan dibuat. Saat itu, bahkan
aku, seorang solo player, akan ikut ambil bagian.
Aku tersenyum pada diriku sendiri karena merasa tidak sabar dan
frustasi pada saat yang sama dan mulai berjalan melewati jalur yang ada.
Saat ini, rumah tempat tinggal ku berada di kota terbesar di
Aincrad, yaitu <Algade>, yang lokasinya berada di lantai ke 50.
Yah, dari luasnya, Starting City lebih besar, tapi tempat itu sekarang
sudah menjadi markas <The Army> sepenuhnya, jadi berjalan di
sekitar sana menjadi agak tidak nyaman.
Segera setelah aku keluar dari padang rumput yang mulai
menggelap, sebuah hutan yang berisi pohon-pohon tua membentang di
depanku. Jika aku berjalan selama tiga puluh menit lewat sini, Aku akan
sampai di <Housing Area> dari lantai 74 dan bisa menggunakan
<Teleport Gate> disana untuk teleport ke Algade.
Aku bisa saja menggunakan satu dari instant teleportation item
didalam inventory ku untuk kembali ke Algade kapanpun. Tapi karena
harganya sedikit mahal, Aku enggan menggunakannya kecuali jika aku
sedang berada dalam situasi berbahaya. Masih ada sedikit waktu hingga
mataharinya menghilang sepenuhnya, jadi aku menolak godaan untuk kembali
kerumah secepatnya dan akhirnya masuk kedalam hutan.
Sebagai catatan, ujung-ujung dari setiap lantai di Aincrad
biasanya terbuka lebar langsung ke langit, kecuali bagian tiang
penahannya. Pohon-pohon menjadi berwarna merah api karena terkena cahaya
yang masuk melalui celah tersebut. Kabut yang mengalir diantara cahaya
matahari memantulkan cahaya dengan indahnya. Suara kicau-an burung, yang
sering terdengar disiang hari, menjadi sulit terdengar, karena suara
batang pohon yang bergoyang-goyang karena tertiup angin yang kencang.
Aku tahu dengan jelas kalau aku bisa bertarung dengan monster di
area ini meskipun aku mengantuk, tapi rasa takut yang datang bersamaan
dengan kegelapan susah dihindari. Sebuah perasaan yang mirip dengan
ketika aku tersesat dan tidak bisa pulang waktu kecil menyelimutiku.
Tapi aku tidak membenci perasaan ini. Aku kadang-kadang melupakan
rasa takut ini ketika aku masih di dunia nyata. Rasa kesepian yang kau
dapatkan ketika kau berkelana sendirian di tempat asing tanpa seorangpun
yang terlihat seberapa keraspun kau mencoba melihat—kau bisa
menyebutnya sebagai dasar dari RPG.
Ketika aku sedang terpaku mengenang masa lalu, sebuah teriakan yang belum pernah kudengar sebelumnya memasuki telingaku.
Itu terdengar hanya sesaat, keras dan jelas seperti suara sebuah
peluit. Aku menghentikan langkahku dan mencari dengan seksama ke arah
suaranya berasal. Jika kau mendengar atau melihat sesuatu yang kau tidak
pernah alami sebelumnya di dunia ini, itu bisa saja berarti kalau kau
sangat beruntung atau bisa juga sebaliknya.
Sebagai seorang solo player, Aku melatih skill <Scan for
Enemy>ku. Skill ini mencegah serangan tiba-tiba dan ketika kau sudah
ahli menggunakannya, itu akan memberikan kemampuan tambahan pada si
pemain untuk bisa mendeteksi monster yang sedang "bersembunyi." Dengan
itu, AKu bisa melihat seekor monster bersembunyi diantara batang pohon
di jarak sepuluh meter dariku.
Monster itu tidak terlalu besar. Monster itu mempunyai bulu hijau
untuk berkamuflase diantara dedaunan dan mempunyai telinga yang lebih
panjang dibandingkan tubuhnya. Ketika aku berkonsentrasi kearahnya,
secara automatis monster itu menjadi targetku dan sebuah cursor berwarna
kuning muncul bersama dengan namanya.
Aku menahan napasku saat aku melihat namanya: <Ragout Rabbit>. Itu cukup langka hingga bisa mendapat gelar "super."
Itu pertama kalinya aku melihat yang asli. Kelinci yang hidup di
batang pohon itu tidak begitu kuat, juga tidak memberimu banyak
experience points, tapi-
Aku diam-diam mengambil sebuah throwing pick kecil dari sabuk ku.
<Knife Throwing Skill> ku tidak begitu tinggi. Aku hanya
memilihnya sebagai cabang di skill tree ku pada suatu saat. Tapi
kudengar kalau Ragout Rabbit adalah monster tercepat dari seluruh
monster yang diketahui saat ini, jadi aku tidak terlalu percaya diri
untuk menangkapnya dengan pedangku.
Aku punya satu kesempatan untuk menyerang sebelum musuh menyadari
keberadaanku. Aku mengangkat pick tadi, berdoa, dan bergerak mengikuti
posisi gerak awal skill <Single Shot>.
Yah, sekecil apapun skill ku, tanganku dibantu oleh dexterity ku
yang tinggi dan melempar pick nya dengan gerakan yang agak terlihat
kabur. Pick nya berkilau sekali dan menghilang dibalik pepohonan. Segera
setelah aku menyerang, cursor kuning yang tadinya menunjukkan lokasi
Ragout Rabbit berada, berubah menjadi merah dan muncul HP bar
dibawahnya.
Sebuah teriakan kencang terdengar dari arah pick ku terlempar. HP
bar nya semakin mengecil dan kemudian mencapai 0. Terdengar suara
polygon pecah yang tidak asing lagi.
Aku mengepalkan tangan kiriku. Aku mengangkat tangan kananku dan
membuka main menu. Aku membuka inventory dengan cepat, meski begitu
gerakan tanganku terlihat terlalu lambat bagiku, dan benda itu ada di
bagian teratas dari item list baru kudapat: <Ragout Rabbit’s
meat>. Itu adalah rare item yang bisa dijual ke player lain dengan
harga minimal seratus ribu Coll. Uang sebanyak itu cukup untuk membuat
satu full set dari armor terbaik dan masih ada sisa kembaliannya.
Alasan kenapa benda ini sangat mahal simpel saja, karena benda
ini adalah bahan makanan yang paling enak dibandingkan bahan makanan
lainnya di game ini.
Makan adalah satu-satunya kenikmatan di SAO, tapi makanan yang
ada biasanya hanyalah sup dan roti yang rasanya seperti berasal dari
negara eropa—yah aku juga tidak begitu tahu; tapi kenyataannya rasanya
biasa saja. Beberapa player yang melatih skill memasak mereka juga
berpikir seperti itu dan tidak puas hanya dengan makanan itu. Tapi
melatih skill memasak bukanlah hal yang mudah, jadi banyak player yang
tidak bisa melakukannya.
Tentu saja aku tidak berbeda. Aku tidak begitu membenci sup dan
roti gandum yang sering kubeli dari restoran NPC. Tapi sekali-sekali aku
juga ingin makan daging.
Selama beberapa waktu aku melihat kearah nama item itu dan
berpikir apa yang harus kulakukan. Kemungkinan ku mendapat bahan seperti
ini lagi sangat rendah. Sejujurnya, aku sangat ingin memakannya. Tapi
semakin tinggi peringkat bahannya, semakin tinggi pula skill yang
dibutuhkan untuk memasaknya. Jadi aku harus menemukan orang yang sudah
menguasai skill memasak sepenuhnya untuk memasakannya untukku.
Tapi aku tidak tahu satupun. Yah, aku tahu beberapa, tapi mencari
merekalah yang membuat repot. Selain itu, sudah waktunya aku membeli
satu set equipment baru. Jadi, aku memutuskan untuk menjualnya.
Aku menutup window nya untuk menyingkirkan semua rasa menyesal,
dan menscan area di sekitar dengan skill ku. Kemungkinan bandit muncul
di garis depan sangat tipis, tapi kau tidak akan pernah terlalu
berhati-hati ketika kau mempunyai sebuah benda S-class.
Aku bisa membeli berapapun teleport item yang kubutuhkan setelah
aku menjualnya, jadi aku memilih untuk mengurangi resiko dan mulai
merogoh saku-ku.
Benda yang kuambil adalah sebuah kristal yang berbentuk seperti
pilar bersisi delapan yang berwarna biru terang. Sedikit dari magic item
di dunia dimana <Magic> tidak ada, semuanya berbentuk seperti
permata. Biru adalah untuk instant teleportation, pink untuk
menyembuhkan HP, hijau untuk penawar racun, dan lain-lain. Mereka semua
adalah item praktis yang menciptakan efek secara instant, tapi mereka
juga mahal. Jadi orang-orang lebih sering menggunakan item yang lebih
murah seperti potion yang memiliki efek lambat setelah kabur dari
pertarungan.
Berpikir kalau ini adalah, tidak salah lagi, sebuah situasi darurat, Aku memegang kristal biru itu dan berteriak.
“Teleport! Algade!”
Ada suara banyak bel bergema dan kristal di tanganku pecah
menjadi kepingan kecil. Pada saat yang sama, tubuhku diselimuti oleh
cahaya biru dan hutannya menghilang dari pandanganku seperti meleleh.
Sebuah cahaya yang lebih terang bersinar, dan setelah itu menghilang,
teleportasinya selesai. Dari suara daun-daun bergesekan berganti menjadi
suara palu para smith dan suara keras dari kota memasuki suaraku.
Tempatku muncul adalah <Teleport Gate> yang berada di tengah Algade.
Dibagian tengah dari plaza yang melingkar, sebuah gerbang yang
terbuat dari logam berdiri setinggi lima meter lebih. Didalamnya, udara
berputar-putar seperti sebuah pusaran dan orang-orang yang teleport
keluar masuk.
Empat jalan utama membentang di keempat arah dari plaza, dan
disisi dari semua jalan itu, banyak toko-toko kecil yang berdiri.
Player-player yang pulang setelah seharian menjelajah berbincang-bincang
di depan toko makanan atau minuman.
Jika seseorang mencoba mendeskripsikan Algade kedalam satu kata, itu pasti adalah <berantakan>.
Tidak ada jalan besar seperti yang ada di Starting City dan
banyak jalan gang yang bersilangan di seluruh kota. Ada toko-toko yang
kau mungkin tidak tahu apa yang dijualnya, dan penginapan yang terlihat
seperti kalau kau tidak akan pernah bisa keluar jika kau masuk kedalam.
Sebenarnya, ada banyak player yang secara tidak sengaja memasuki
salah satu gang di Algate dan tersesat selama beberapa hari sebelum bisa
keluar. Aku sudah tinggal disini hampir setahun sekarang, tapi aku
masih tidak hapal setengah dari jalan disini. Bahkan NPC disini adalah
orang-orang aneh yang pekerjaannya susah untuk ditebak, dan itu
membuatmu berpikir kalau orang yang menjadikan tempat ini sebagai tempat
tinggal sekarang ini adalah orang-orang aneh juga.
Tapi aku menyukai jalan-jalan disini. Aku tidak bohong saat aku
pernah bilang satu-satunya waktu aku merasa tenang adalah ketika aku
meminum teh berbau aneh di sebuah toko di pojokan yang biasa kukunjungi.
Alasan dibaliknya adalah karena aku tempat itu terasa sedikit mirip
dengan toko elektronik yang sering kukunjungi di dunia nyata—yah tidak
terlalu juga sih, atau kuharap tidak.
Berpikir untuk menjual itemnya sebelum kembali kerumah, aku
berjalan ke sebuah toko.
Jika aku berjalan mengikuti jalur menuju ke barat dari central plaza,
aku akan sampai ke toko itu setelah melewati sedikit keramaian.
Didalamnya, sangat sempit hingga meski hanya ada 5 player saja terasa
sempit disini, dan ada banyak papan toko seperti: Peralatan, Senjata,
dan bahkan bahan makanan yang bertumpuk disini.
Si pemilik toko sedang sibuk melakukan tawar menawar.
Ada 2 cara untuk menjual item. Yang pertama adalah dengan
menjualnya ke NPC, atau character yang di gerakkan oleh system. Cara ini
tidak mempunyai resiko ditipu tetapi harganya selalu sama. Untuk
mengurangi peredaran uang berlebih, harganya dibuat lebih rendah
dibanding dengan harga pasaran.
Yang kedua adalah dengan melakukan trade dengan player lain.
Dengan cara ini, kau bisa menjual itemnya dengan harga tinggi jika kau
menawar dengan baik, tapi kau harus menemukan seseorang untuk
menemukannya, dan perselisihan antara player setelah trade selesai sudah
biasa terjadi.
Karena itu, player merchant yang ahli dalam berdagang item muncul.
Player merchant tidak bisa hidup hanya dengan berdagang saja.
Seperti pemain dengan class technician, mereka harus mengisi sebagian
dari skill slot mereka dengan skill yang tidak berhubungan dengan
pertarungan. Tapi itu tidak berarti mereka tidak perlu ke field.
Merchant harus bertarung untuk barang dagangan, sedangkan technician
untuk bahan baku pembuatan barang, dan, tentu saja mereka mengalami
kesulitan yang lebih besar di bandingkan dengan petarung. Sulit bagi
mereka untuk merasa senang megalahkan musuh mereka.
Karena itu, mereka yang memilih class tersebut adalah orang-orang
hebat yang memebantu para player bertarung di garis depan setiap hari.
Jadi diam-diam aku sangat menghormati mereka.
…yah, Aku memang menghormati mereka, tapi orang di depanku ini adalah seseorang yang tidak bisa disebut baik.
“Oke, setuju! 25 <Dust Lizard’s hide> untuk lima ratus Coll!”
Pemilik toko yang sering ku datangi ini, Agil, menepuk pundak
orang yang sedang tawar-menawar dengannya, seorang spearman yang
terlihat lemah, dengan tangannya yang besar itu. Kemudian dia dengan
cepat membuka trade window dan memasukan jumlah uang di dalam trade list
nya.
Lawan transaksinya terlihat sedang berpikir, tapi ketika dia
melihat wajah Agil, yang terlihat seperti petarung kuat yang
menakutkan—dan nyatanya, Agil adalah salah satu warrior pengguna axe
yang paling hebat dan seorang merchant yang handal—spearman yang
terlihat lemah itu buru-buru menaruh item nya di trade list dan menekan
OK.
“Terima kasih banyak! Silahkan datang kembali lain waktu!”
Agil menepuk pundak spearman itu sekali lagi dan tersenyum lebar.
Dust Lizard's hide bisa digunakan untuk membuat armor yang cukup bagus.
Kupikir lima ratus Coll terlalu murah dilihat dari manapun. Tapi aku
tetap diam dan melihat spearman itu pergi. Ambil ini sebagai pelajaran
untuk tidak memperlihatkan kelemahan ketika sedang tawar menawar, Aku
berpikir seperti itu didalam kepalaku.
“Hey, kau melakukan bisnis seperti itu tanpa malu seperti biasanya.”
Orang tinggi yang botak itu melihat kearahku dan tersenyum ketika aku berbicara begitu dibelakangnya.
“Hey, Kirito. Moto toko ku adalah untuk beli murah dan jual murah,” dia berkata tanpa menunjukan sedikitpun rasa menyesal.
“Yah, aku sedikit curiga dengan ’jual murah’nya tapi itu tidak penting. Aku ingin menjual sesuatu juga.”
“Kau itu pelanggan, jadi aku tidak bisa menipumu. Yah, coba lihat…”
Sambil mengatakan itu, Agil menjulurkan lehernya yang tebal dan pendek dan melihat ke trade window yang kutunjukan.
Avatar di SAO adalah replika dari tubuh asli player yang dibuat
dengan melakukan scan and pengukuran. Tapi setiap kali aku melihat Agil,
Aku selalu bertanya pada diriku sendiri bagaimana mungkin seseorang
bisa memiliki tubuh yang cocok sekali dengan dirinya.
Tubuh setinggi 180 cm itu seluruhnya dilapisi dengan otot dan
lemak, dan dengan kepalanya itu dia terlihat seperti seorang pegulat
pro. Ditambah lagi, dia mensetting gaya rambutnya, salah satu dari
sedikit hal yang bisa dibuat sendiri, menjadi botak. Setidaknya efeknya
sama menakutkan dengan monster barbarian.
Meski begitu, dia memiliki wajah menarik yang terlihat seperti
anak kecil ketika dia terseyum. Kelihatannya dia berumur dua puluhan
lebih, tapi aku tidak bisa menebak apa yang dia kerjakan didunia nyata.
Salah satu peraturan tidak tertulis di dunia ini adalah untuk tidak
menanyakan orang lain tentang <Dirinya di dunia nyata>.
Kedua mata yang berada dibawah alis tebalnya membesar ketika dia melihat kearah trade window.
“Wow, itu kan S-rank rare item. <Ragout Rabbit’s meat>, ini
pertama kalinya aku melihatnya… Kirito kau tidak semiskin itu kan?
Apakah kau tidak berpikir sedikitpun untuk memakannya?”
“Tentu saja aku berpikir begitu. Sulit sekali menemukan benda
seperti ini untuk kedua kalinya… Tapi agak susah untuk menemukan orang
yag bisa memasak bahan seperti ini…”
Lalu dari belakang seseorang menepuk bahu ku.
“Kirito.”
Itu adalah suara perempuan. Tidak begitu banyak player perempuan
yang tahu namaku. Yah sebenarnya, dalam situasi seperti ini hanya ada
satu orang. Aku menggenggam tangan yang berada di bahu kiriku dan
berkata.
“Juru masak ketemu.”
“A-Apa?”
Dengan tangannya di bahuku, orang itu bertanya dengan ekspresi curiga di wajahnya.
Di wajah kecilnya, yang dikelilingi dengan rambut lurus panjang
yang berwarna seperti kastanye terdapat dua mata yang berwarna
kecoklatan yang bersinar-sinar. Tubuh langsingnya yang ditutupi dengan
sebuah combat uniform yang berwarna merah dan putih, dan ada sebuah
rapier yang berwarna perak di dalah sarung pedangnya.
Namanya adalah Asuna. Dia sangat terkenal hingga hampir semua orang di SAO mengenalnya.
Ada banyak alasan kenapa dia terkenal, tapi salah satunya adalah
karena dia adalah salah satu dari sedikit player perempuan, dan dia
adalah pemilik dari wajah yang tidak kekurangan apapun, alias dia sangat
cantik.
Sulit untuk mengatakannya di dunia ini, dimana semua orang
mempunyai tubuh asli mereka, tapi perempuan yang cantik adalah hal
sangat langka. Kau mungkin bisa menghitung dengan jari jumlah player
yang memiliki wajah secantik Asuna.
Alasan lainnya adalah karena dia merupakan anggota guild
<Knights of the Blood>. Anggota-anggotanya disebut KoB dengan
menggunakan inisial dari <Knights of the Blood>, dan, semua guild,
mengakui kalau mereka adalah guild terkuat.
Guild itu tidak terlalu besar dan hanya terdiri dari tiga puluh
player, tapi mereka semua berlevel tinggi dan petarung berpengalaman,
dengan ketua guildnya yang merupakan player terkuat dan hampir menjadi
legenda di dalam SAO. Selain itu, dibandingkan penampilannya yang lemah,
Asuna adalah seorang wakil ketua. Kemampuan berpedangnya sangat hebat
hingga mendapat gelar <Flash>.
Jadi penampilan dan kemampuan berpedangnya berada di puncak
diantara 6 ribu player lainnya. Justru aneh kalau dia tidak menjadi
terkenal. Dia mempunyai banyak fans, tapi diantara mereka ada beberapa
penguntit yang memuja-muja dia, dan ada juga orang yang membencinya,
jadi sepertinya dia mengalami masa-masa yang sulit.
Yah, karena dia adalah seorang petarung tingkat tinggi,
seharusnya tidak ada begitu banyak orang yang akan menantangnya secara
langsung. Tapi guildnya sepertinya mau menunjukkan kalau mereka akan
melindunginya, dia sering diikuti oleh dua orang pengawal atau lebih.
Bahkan sekarang ada dua orang pria beberapa langkah di belakangnya yang
menggunakan equipment dengan equipment armor logam dan seragam KoB.
Salah satu diantara mereka, yang berambut ekor kuda, memelototi ku yang
sedang memegang tangan Asuna.
Aku melepaskan tangan asuna dan berkata.
“Ada apa, Asuna? Tumben kau datang ke tempat yang penuh sampah seperti ini.”
Wajah dari pria berambut ekor kuda dan si pemilik toko mengerut
kesal; yang satu karena aku tidak memanggil Asuna dengan gelarnya dan
yang satunya karena aku menyebut tokonya penuh dengan sampah. Tapi si
pemilik toko...
“Lama tidak bertemu, Agil-san.”
...tersenyum gembira setelah mendengar sapaan dari Asuna.
Asuna melihat kembali kearahku dan mengecilkan bibirnya sambil terlihat tidak puas.
“Apa-apaan sih? Susah payah aku mencarimu kesini untuk melihat
apakah kau masih hidup untuk melawan boss yang akan segera ditemukan.”
“Kau sudah mendaftarkanku sebagai teman jadi kau bisa tahu hanya
dengan melihatnya. Lagipula alasan kau bisa menemukanku kan karena kau
menggunakan friend trace di peta mu.”
Asuna memalingkan kepalanya kesamping setelah mendengar jawabanku.
Selain sebagai wakil ketua, dia juga berada di garis depan untuk
menyelesaikan game. Pekerjaan itu termasuk mencari solo player yang
menyendiri sepertiku dan membentuk sebuah party untuk melawan boss. Tapi
meski begitu, dia benar-benar mendatangiku, seberapa tekunnya seseorang
seharusnya masih ada batasnya.
Melihat ekspresiku yang setengah lelah dan setengah heran, Asuna
menaruh tangannya di pinggangnya sebelum berbicara dengan gaya seperti
menaikkan dagunya.
“Yah, kau masih hidup dan itulah yang penting. Se-Selain itu, apa
yang kau maksud? Kau bilang sesuatu tentang juru masak atau
sejenisnya.”
“Oh, benar, benar. Berapa tinggi teknik memasakmu sekarang?”
Yang kutahu, Asuna memang rajin menaikan skill memasaknya ketika
dia punya waktu senggang diantara latihan skill pedangnya. Dia menjawab
pertanyaan ku dengan sebuah senyum bangga.
“Dengar dan terkejutlah! Aku sudah <Mastered> skill itu minggu lalu.”
“Apa!?”
Dia itu…bodoh.
Aku berpikir seperti itu. Tentu saja aku tidak mengatakannya keras-keras.
Melatih skill itu sangat-sangat membosankan dan menghabiskan
waktu, dan hanya bisa <Mastered> setelah menaikkan level mereka
sebanyak 1000 kali. Sebagai catatan, level tidak ada hubungannya dengan
skill dan naik setelah mendapat cukup experience point. Hal-hal yang
naik bersama dengan level adalah HP, strength, status seperti dexterity,
dan jumlah dari <Skill Slots> yang menentukan berapa banyak skill
yang bisa kau kuasai.
Sekarang ini aku punya 12 slot, tapi yang sudah kusempurnakan
hanyalah skill one-handed straight sword, Scan for Enemy, dan Weapon
Guard. Itu berarti perempuan ini telah menghabiskan banyak waktu dan
usaha untuk skill yang tidak akan membantu didalam pertarungan.
“…yah, ada sesuatu yang aku ingin minta tolong untuk kau lakukan dengan skill itu.”
Aku membuat windowku menjadi terlihat untuk semua orang supaya
dia bisa melihatnya. Asuna melihatnya dengan curiga, dan kemudian
matanya terbuka lebar saat dia melihat nama item itu.
“Uwa!! Itu…itu kan bahan makanan rangking S!?”
“Jika kau memasakkannya, Aku akan memberimu satu gigitan.”
Bahkan sebelum aku berhenti berbicara, tangan kanan dari Asuna si
<Flash> menggenggam kerah leherku. Lalu dia mendekatkan wajahnya
hingga hanya tersisa beberapa cm jarak wajahnya dari mukaku.
“Berikan. Aku. Setengah!!”
Aku menutup window nya dan berbicara sambil melihat kearah wajah Agil.
“Maaf. Tradenya batal.”
“Tidak. Itu tidak apa-apa…hey, kita teman kan? Eh? Bisakah kau membiarkanku mencobanya juga…?”
“Aku akan memberikanmu esai delapan ratus kata tentangnya.”
“Ja-jangan begitu!”
Ketika aku dengan dinginnya memalingkan wajahku darinya, dia memanggilku dengan suara yang terdengar seperti kalau dunia akan berakhir. Ketika aku akan berjalan pergi, Asuna menarik lengan baju jaketku.
“Masaknya gampang saja, tapi dimana kita akan melakukannya?”
“Ah…”
Jika kau ingin memasak, maka kau memerlukan beberapa alat memasak seperti kompor dan oven, begitu juga dengan bahan makanannya. Bukannya di rumahku tidak ada alat-alat seperti itu, tapi aku tidak bisa mengundang wakil ketua KoB ke tempat yang berantakan seperti itu.
Asuna melihat kearahku dengan wajah tidak percaya.
“Yah, rumahmu pasti tidak mempunyai alat yang dibutuhkan. Tapi aku bisa memasakannya dirumahku sekali ini saja.”
Dia berkata sesuatu yang mengejutkanku dengan suara yang tenang.
Asuna mengabaikanku yang berdiri kaku disana seperti aku sedang lag ketika otakku memproses apa yang dikatakannya, dan berbalik menghadap ke pengawalnya lalu berbicara.
“Aku akan teleport ke <Salemburg>, jadi kalian boleh pergi. Terima kasih atas kerja keras kalian.”
“A-Asuna-sama! Datang ke perkampungan kumuh saja sudah cukup buruk, tapi kau juga mengundang seseorang yang mencurigakan seperti dia kerumahmu. A-apa yang kau pikirkan!?”
Aku tidak percaya apa yang baru saja kudengar. Dia bilang <Sama>. Dia pasti salah satu orang yang memuja-muja Asuna. Ketika aku melihat Asuna dengan pikiran seperti itu, orang yang baru saja dibicarakan terlihat jengkel.
“OK, kau mungkin bisa menyebutnya mencurigakan, tapi kemampuannya tidak bisa dipertanyakan. Dia mungkin sekarang sepuluh level diatasmu Kuradeel.”
“A-Apa yang kau katakan Asuna-sama? apa kau mau mengatakan kalau aku tidak setara dengan orang sepertinya…!”
Suara pria itu terdengar hingga keluar gang. Dia memelototiku dengan matanya yang sipit. Lalu wajahnya memucat seperti dia telah menyadari sesuatu.
“Benar…kau, kau pasti seorang <Beater>!”
Beater adalah kata gabungan dari <Beta tester> dan <Cheater>. Itu adalah kata yang ditujukan untuk orang yang menggunakan cara yang tidak adil dan juga kata untuk mengutuk atau mengejek yang ada di SAO. Itu adalah kata yang sering kudengar. Tapi berapa kalipun mendengarnya, kata itu masih saja menyakiti hatiku. Wajah dari orang yang pertama kali mengatakannya padaku, orang yang dulu adalah temanku, tiba-tiba muncul di dalam kepalaku.
“Ya. Kau benar.”
Ketika aku mengakuinya dengan wajah tanpa ekspresi, pria itu mulai berbicara tanpa henti.
“Asuna-sama, orang-orang seperti itu tidak peduli apapun selama mereka baik-baik saja! Tidak ada untungnya berteman dengan orang-orang seperti itu!”
Asuna, yang dari tadi tenang, tiba-tiba mengernyitkan alis matanya karena jengkel. Tiba-tiba muncul kerumunan dan kata-kata seperti <KoB> dan <Asuna> dapat terdengar disana-sini.
Asuna melihat sekeliling dan mengatakan kepada pria yang terus menerus berbicara tadi.
“Pergilah kau dari sini sekarang juga. Itu perintah.”
Dia berkata dengan kasar dan menarik ikat pinggangku dengan tangan kirinya. lalu dia mulai berjalan menuju ke gerbang plaza sambil menarikku.
“Err…hey! Apakah boleh meninggalkan mereka seperti itu?”
“Tidak apa-apa!”
Yah, aku tidak punya alasan untuk komplain. Kami keluar dari kerumunan meninggalkan dua pengawal tadi dan Agil yang masih kecewa. Ketika aku mengintip kebelakang, ekspresi jengkel pria yang bernama Kuradeel menyangkut di pandanganku seperti terfoto.