Sebulan setelah game dimulai, dua ribu orang telah meninggal.
Harapan untuk menunggu pertolongan dari luar telah hancur; tidak ada satupun kabar dari luar yang datang.
Aku tidak melihatnya sendiri, tapi katanya kepanikan dan kegilaan
yang dialami oleh para player ketika mereka menyadari kalau mereka
tidak bisa kembali sangat besar. Ada orang yang menangis dan ada yang
meraung-raung, beberapa bahkan mencoba menggali tanah di kota sambil
mengatakan kalau mereka akan menghancurkan dunia ini. Tentu saja, semua
bangunan merupakan non-destructible objects[1], jadi usaha ini gagal tanpa ada hasil sama sekali.
Katanya butuh beberapa hari bagi para player untuk menerima situasi dan berpikir apa yang harus dilakukan setelahnya.
Para player terbagi menjadi empat kelompok.
Yang pertama terdiri lebih dari setengah jumlah player yang ada; mereka
adalah orang-orang yang masih belum bisa menerima syarat yang diberikan
oleh Kayaba Akihiko dan masih menunggu pertolongan dari luar.
Aku mengerti bagaimana perasaan mereka. Tubuh mereka mungkin
sedang terbaring di kasur atau duduk di bangku sambil tertidur. Itu
adalah kenyataan dan situasi ini adalah «palsu», jika saja ada petunjuk
sekecil apapun kalau mereka bisa keluar—tentu saja, tombol log out nya
sudah menghilang tapi mungkin ada sesuatu yang terlewatkan oleh para
pembuat game—.
Dan di luar, perusahaan yang menjalankan game-nya, Argus, akan
berusaha lebih keras dibanding siapapun untuk menyelamatkan para
player—jika mereka bisa bersabar mungkin mereka akan bisa membuka mata
mereka lagi, bertemu dengan keluarga mereka dan kembali ke sekolah atau
bekerja dan ini hanya akan menjadi bahan pembicaraan saja—.
Tidak salah mereka berpikir seperti itu. Aku sendiri pun berharap hal yang sama jauh didalam hatiku.
Rencana mereka adalah untuk «menunggu». Mereka tidak selangkahpun
menjejakkan kaki di luar kota dan menggunakan uang yang mereka dapat di
awal game—di dunia ini mata uangnya disebut «Col» —dengan hemat,
membeli makanan yang mereka butuhkan untuk melewati hari dan menemukan
penginapan yang murah untuk tidur, dan berjalan-jalan secara berkelompok
untuk menghabiskan waktu tanpa berpikir.
Untungnya «Kota Awal» adalah kota yang besarnya sekitar 20 persen
dari lantai pertama dan cukup besar untuk memuat satu distrik kota
Tokyo. Jadi lima ribu player tersebut bisa punya ruangan yang cukup
untuk tinggal.
Tapi tidak ada pertolongan yang datang berapa lama pun mereka
menunggu. Seringkali langit di luar tidak biru cerah tapi ditutupi oleh
awan berwarna abu-abu. Uang mereka tidak akan bertahan selamanya dan
mereka menyadari kalau mereka harus melakukan sesuatu.
Grup kedua terdiri dari 30 persen, atau sekitar tiga ribu player.
Itu adalah grup yang semua playernya bekerja bersama-sama. Pemimpinnya
adalah seorang admin dari sebuah situs info game online terbesar.
Para player yang terkumpul dalam grup ini terbagi menjadi
beberapa grup kecil dan membagi seluruh pendapatan mereka dan informasi
yang mereka dapatkan didalam game serta menjelajah ke labyrinth area
dimana tangganya berada. Pemimpin-pemimpin grup ini membuat «Kastil Besi
Hitam» menjadi markas mereka dan mengirimkan perintah ke berbagai grup
yang ada.
Grup besar ini tidak mempunyai nama selama beberapa waktu, tapi
setelah semua anggotanya menerima seragam, ada orang yang menyebut
mereka dengan nama, yang agak seram, yaitu «The Army».
Grup ketiga terdiri dari sekitar seribu player. Grup itu terdiri dari
orang-orang yang telah menghabiskan semua Col mereka tapi tidak ingin
mencari uang dengan mengalahkan monster.
Sebagai catatan sampingan, di SAO ada dua kebutuhan tubuh yang
paling dasar yang perlu dipenuhi. Yang pertama adalah keletihan, dan
yang satunya adalah rasa lapar.
Aku mengerti kenapa ada rasa lelah. Informasi virtual dan
informasi nyata tidak ada bedanya didalam otak kami. Jika player menjadi
mengantuk, mereka bisa pergi ke sebuah penginapan dan menyewa kamar
untuk tidur tergantung dengan jumlah uang yang mereka punya. Jika
seseorang memiliki cukup banyak Col, mereka bisa membewli sebuah rumah,
tetapi jumlah uang yang di butuhkan tidaklah kecil.
Rasa lapar adalah kebutuhan yang para player pikir sedikit aneh.
Meski mereka tidak ingin membayangkan apa yang akan terjadi dengan tubuh
mereka yang ada di dunia nyata, tubuh mereka mungkin mendapat nutrisi
entah bagaimana caranya. Itu berarti rasa lapar yang kami rasakan tidak
ada hubungannya dengan tubuh kami di dunia nyata.
Tapi jika kami membeli roti atau daging virtual di dalam game dan
memakannya, rasa laparnya menghilang dan akan terasa kenyang. Tidak ada
yang tahu bagaimana mekanismenya bekerja, kecuali dengan bertanya ke
seorang profesional di bidang neurology.
Jadi sebaliknya juga benar, rasa laparnya tidak akan menghilang
kecuali kami memakan sesuatu. Kemungkinan besar kami tidak akan mati
jika kelaparan, tapi kenyataan kalau itu adalah kebutuhan yang sulit
diabaikan tidak berubah. Jadi para player mengunjungi restoran yang
dibuka oleh NPC dan makan di sana secara virtual.
Selain itu, di dalam game kita tidak perlu buang air. Entah
bagaimana dengan tubuh di dunia nyata, Aku tidak ingin memikirkannya.
Yah kembali ke pokok permasalahan—
Para player yang telah menghabiskan semua uang mereka di awal,
tidak bisa tidur atau makan, biasanya bergabung dengan organisasi besar
yang kubicarakan barusan, «The Army». Ini karena mereka setidaknya akan
mendapat sesuatu untuk dimakan jika mereka menuruti perintah dari atas.
Tapi selalu ada orang yang tidak bisa bekerja sama dengan orang
lain betapa kerasnya mereka mencoba. Orang-orang yang tidak ingin
bergabung, atau di usir karena membuat masalah membuat perkampungan di
«Kota Awal» sebagai markas mereka dan mulai mencuri.
Di dalam kota, atau di tempat-tempat yang biasanya disebut
sebagai «Safe Area» dilindungi oleh system dan para pemain tidak bisa
menyakiti satu sama lain. Tapi di luar tidak seperti itu. Orang-orang
itu membuat tim dan menyergap player lainnya—itu lebih menguntungkan
daripada memburu monster di field dan labyrinth area.
Meski begitu, mereka tidak pernah «membunuh» seorangpun—setidaknya selama tahun pertama,
Grup ini perlahan-lahan menjadi besar hingga mencapai jumlah seribu orang.
Terakhir, grup keempat, atau bisa dibilang, yang tersisa.
Ada sekitar lima puluh organisasi yang dibuat oleh orang-orang
yang ingin menyelesaikan game nya tapi tidak ingin bergabung dengan
organisasi besar. Jumlah mereka sekitar lima ratus orang. Kami menyebut
grup-grup itu sebagai «Guilds» dan mereka memiliki daya gerak yang tidak
dimiliki oleh «The Army»; dan menggunakan itu, mereka perlahan-lahan
menjadi kuat.
Lalu ada beberapa yang memilih merchant dan craftsman class.
Mereka hanya berjumlah sekitar dua hingga tiga ratus orang, tetapi
mereka membuat guild sendiri dan mulai melatih skill yang mereka
perlukan untuk mendapatkan Col.
Sisanya, sekitar seratus pemain disebut sebagai «Solo Player»—ini adalah grup tempatku berada.
Mereka adalah grup yang egois yang berpikir kalau bekerja sendiri
lebih menguntungkan untuk memperkuat diri mereka dan bertahan hidup.
Jika seseorang bisa menggunakan informasi yang mereka dapat dengan baik,
mereka bisa dengan cepat menaikkan level mereka. Setelah mereka
memiliki kekuatan untuk sendirian melawan monster dan bandit, sebenarnya
tidak ada artinya bertarung dengan player lainnya.
Sebagai tambahan, didalam SAO tidak ada «Magic», dengan kata lain
tidak ada «serangan jarak jauh yang memiliki keakuratan 100%», jadi
kami bisa melawan monster dalam jumlah besar sendirian. Jika seseorang
punya kemampuan yang cukup, bermain solo jauh lebih efektif untuk
mendapatkan experience point-dibandingkan Party Play.
Tentu saja ada resikonya. Contohnya jika seseorang terkena
«Paralyze», kalau dia bersama dengan party member mereka bisa
menyembuhkannya, tapi jika orang itu bermain solo itu bisa membawanya
langsung menuju kematian. Sebenarnya, sejak awal, solo player mempunyai
resiko yang paling besar dibanding player lain.
Tapi jika kau punya pengalaman dan pengetahuan untuk menang
melalui semua keadaan berbahaya, keuntungannya bisa menjadi kompensasi
untuk seluruh resiko tersebut, dan seorang beta tester sepertiku
memiliki kedua hal tersebut.
Dengan informasi berharga itu, solo player menaikkan level dengan
kecepatan yang lebih tinggi dan dengan cepat terbentuk perbedaan level
antara mereka dengan player lainnya. Setelah game nya menjadi sedikit
tenang, hampir semua solo player keluar dari lantai pertama dan
menggunakan kota di lantai yang lebih tinggi sebagai markas mereka.
Di dalam Kastil Besi Hitam, dimana «Room of the Resurrected»
berada selama beta testing, sekarang berdiri sebuah monumen besi besar
yang tidak ada sebelumnya. Nama dari seluruh sepuluh ribu player terukir
di permukaannya. Selain itu, sebuah garis akan muncul di nama orang
yang telah mati dan akan tertulis waktu dan alasan kematian di
sampingnya.
Orang pertama yang tercoret namanya mati tiga jam setelah game dimulai.
Alasan kematiannya bukanlah karena kalah dari monster. Itu adalah bunuh diri.
Dia mempercayai teori kalau "menurut struktur dari Nerve Gear,
jika seseorang terputus dari system maka secara otomatis mereka akan
sadar." Dia memanjat pagar besi di bagian utara kota, atau ujung dari
Aincrad, dan melompat.
Dibawah kastil melayang ini tidak ada daratan yang dapat
terlihat, seberapa keraspun kau melihat. yang ada hanyalah langit yang
membentang tak terbatas ditambah dengan beberapa lapis awan putih.
Sambil ditonton oleh banyak player; orang itu perlahan-lahan menjadi
terlihat semakin kecil, meninggalkan sebuah teriakan panjang dan
akhirnya menghilang dibalik awan.
Sebuah garis muncul di namanya dua menit kemudian. Alasan
kematiannya adalah «Terjatuh di udara». Aku bahkan tidak ingin
membayangkan apa yang dia alami selama dua menit itu. Tidak ada cara
untuk mengetahui apakah dia telah kembali ke dunia nyata, atau—seperti
yang dikatakan Kayaba—otaknya telah terbakar. Tapi, sebagian besar orang
percaya kalau ada cara mudah untuk keluar dari game ini yaitu; jika
orang di luar mencabut kabelnya dan menyelamatkan kami.
Tetapi masih ada orang menyerah memikirkan hal itu. Kebanyakan
orang, termasuk aku, sulit menyamakan «kematian» di SAO sebagai
kenyataan.
Itu masih tidak berubah. Fenomena saat HP bar mencapai angka nol
dan tubuh yang terbuat dari polygon ini hancur terlalu seperti «Game
Over» yang sudah biasa kami rasakan. Mungkin cara satu-satunya untuk
mengetahui arti sesungguhnya dari kematian di dalam SAO adalah dengan
merasakannya sendiri. Kenyataan itu mungkin adalah alasan dari
berkurangnya kecepatan pengurangan jumlah player.
Di sisi lain, ada banyak player yang merupakan bagian dari «The
Army», tertutama orang-orang yang tergolong grup pertama, mulai
kehilangan nyawa mereka ketika mereka mencoba menyelesaikan gamenya dan
bertarung dengan monster.
Bertarung di SAO butuh sedikit membiasakan diri. Itu tidak
seperti mencoba memaksakan dirimu untuk bergerak, tapi lebih seperti
«mempercayakan» gerakanmu kepada system.
Contohnya, meski hanya sebuah uppercut dengan one-handed sword,
jika player itu telah menguasai «One-handed Sword Skill» dan memakai
«Uppercut» dari daftar skill, mereka hanya perlu melakukan Motion dan
systemnya akan secara otomatis menggerakan badan mereka. Tapi jika
seseorang tanpa menggunakan skill mencoba untuk meniru gerakannya, itu
akan terlalu lambat dan lemah ketika digunakan dalam pertarungan
sesungguhnya. Sama saja seperti menekan tombol tertentu didalam sebuah
fighting game.
Orang-orang yang tidak terbiasa akan hal ini hanya mengayunkan
pedang mereka dan bahkan kalah kepada babi hutan dan serigala yang bisa
mereka kalahkan jika mereka menggunakan single strike skills yang mereka
punya sebagai skill awal. Meski begitu, jika mereka menyerah dan kabur
setelah kehilangan sebagian dari HP mereka, mereka tidak akan mati.
Tapi—
Tidak seperti serangan monster 2D yang kita lihat melalui layar
monitor, pertarungan di SAO sangat nyata sehingga kau bisa merasa takut.
Seperti jika monster sungguhan mengarahkan taringnya padamu dan
mengejarmu dengan niat membunuh.
Bahkan selama beta testing ada beberapa orang yang panik ditengah
pertarungan, tapi sekarang kematian menantimu jika kau kalah. Rasa
panik membuat para player lupa menggunakan skill mereka dan bahkan lupa
melarikan diri, HP mereka habis dan mereka menghilang dari dunia ini
selamanya.
Bunuh diri, kalah dari monster. Jumlah dari nama yang tercoret berlipat ganda dengan kecepatan yang mengerikan.
Ketika angkanya mencapai dua ribu, satu bulan setelah game
dimulai, awan keputusasaan menyelimuti para player yang masih selamat.
Jika jumlah kematian terus meningkat dengan kecepatan seperti ini,
sepuluh ribu orang akan mati dalam waktu kurang dari setengah tahun.
Menyelesaikan lantai keseratus hanya terlihat seperti mimpi.
Tapi—manusia beradaptasi.
Setelah satu bulan kemudian, labyrinth pertama diselesaikan dan
jumlah kematian mulai berkurang dengan cepat. Orang-orang mulai membagi
informasi untuk bertahan hidup dan kebanyakan orang merasakan kalau
monster tidak begitu menakutkan jika kau mempunyai experience points
yang cukup dan menaikan level dengan benar.
Menyelesaikan game nya dan kembali ke dunia nyata menjadi
mungkin. Jumlah player yang mulai berpikir seperti itu bertambah dengan
perlahan tapi pasti.
Lantai teratas masih sangat jauh, tapi para player mulai bergerak dengan harapan kecil ini-dan dunia mulai berputar lagi.
Sekarang, dua tahun kemudian dan dengan 26 lantai tersisa, jumlah orang yang bertahan hidup sekitar 6 ribu orang.
Ini adalah situasi dari Aincrad yang sekarang.