“Ahh… ha… uwahh!”
Sebuah pedang mengayun bersamaan dengan teriakan aneh itu, tanpa mengenai apa pun kecuali udara.
Tepat sesudahnya, babi hutan biru itu bergerak dengan kecepatan
yang cukup mengejutkan jika dibandingkan dengan badannya yang besar,
menerjang ke arah pemburunya. Aku tertawa terbahak-bahak melihatnya
terlempar ke udara dan berguling menuruni bukit setelah tertabrak oleh
hidung pesek babi hutan itu.
"Hahaha, bukan seperti itu. Gerakan awal itu sangat penting, Klein."
"Argh… sialan."
Pemburu yang sedang menggerutu itu, Party Member-ku yang bernama Klein, berdiri dan melirik ke arahku sambil menjawab dengan lesu.
"Tapi Kirito, meskipun kau bilang begitu, aku tak bisa mengenai musuh yang bergerak."
Aku bertemu dengan orang ini, orang yang berambut merah dan mengenakan bandana dan sebuah armor
kulit sederhana di tubuhnya yang kurus itu, beberapa jam yang lalu.
Jika dia memberitahukan nama aslinya, mungkin akan sulit untuk tidak
menggunakan honorifik, tapi nama Klein miliknya dan nama Kirito milikku
ini adalah Character Name kami. Menambahkan "-san" atau "-kun" akan
membuat nama kami menjadi lebih menggelikan dibandingkan apa pun.
Kaki orang yang sedang dibicarakan itu mulai bergetar.
Sepertinya dia sedikit pusing.
Aku mengambil sebuah kerikil di bawah kakiku dan mengangkatnya
sedikit lebih tinggi dari bahuku. Sesaat setelah sistemnya mendeteksi
First Motion dari sebuah Sword Skill, kerikilnya mulai memancarkan sedikit sinar berwarna hijau.
Setelah itu tangan kiriku bergerak dengan sendirinya dan batunya
terlempar, meninggalkan segaris cahaya dan mengenai babi hutan itu
diantara alisnya. Ggiik! babi hutan itu memekik kesal dan berbalik ke
arahku.
"Tentu saja mereka bergerak. Mereka bukan boneka latihan. Tapi
jika kau mulai dengan motion yang tepat, sistemnya akan meneruskan Sword
Skill dan mengenai targetnya untukmu."
"Motion... motion..."
Sambil berkomat-kamit seperti sedang membaca mantra, Klein mengangkat cutlass yang ada di tangan kanannya.
Meskipun babi hutan biru, atau nama aslinya «Frenzy Boar» adalah
monster level 1, Klein telah menghabiskan hampir setengah dari HP
Bar-nya karena terkena serangan balasan akibat serangannya yang
asal-asalan tadi. Yah, meskipun dia mati, dia akan dihidupkan kembali di
«Kota Awal» dekat sini. Tapi, berjalan menuju daerah perburuan lagi itu
agak menjengkelkan.
Sepertinya tinggal satu serangan lagi sebelum pertarungannya berakhir.
Aku sedikit memiringkan kepalaku saat aku menangkis terjangan boar itu dengan pedang yang ada di tangan kananku.
"Hmm, bagaimana cara menjelaskannya ya, ini tidak seperti satu,
dua, tiga lalu terjang, tapi lebih seperti mengumpulkan sedikit tenaga
dan sesaat setelah kau merasakan kalau skill-nya dimulai, lalu BAM! Dan
kau merasa kalau itu mengenai monsternya."
"Bam, ya?"
Muka Klein yang agak tampan itu menyeringai hingga tidak enak dipandang mata dan dia mengangkat pedangnya setinggi perutnya.
Menarik dan menghela napas, setelah menarik napas yang dalam, dia
menurunkan kuda-kudanya dan mengangkat pedangnya seakan ingin
menyandangnya di bahu. Kali ini sistemnya mendeteksi kalau posenya benar
dan pedangnya mulai memancarkan sinar berwarna jingga.
"Ha!"
Dengan teriakan kecil itu, dia melompat dengan gerakan yang
sangat berbeda dibandingkan sebelumnya. Swish-! bersamaan dengan suara
itu, pedangnya meninggalkan jejak merah menyala di udara. «Reaver»,
skill dasar pedang lengkung satu tangan, menancap di leher bagian kanan
babi hutan yang sedang menerjang dan melenyapkan seluruh HP-nya, yang
sekitar setengah penuh (sama seperti Klein).
Guekk! Babi hutan itu menjerit dan tubuh besarnya mulai terpecah
seperti kaca, dan angka-angka berwarna ungu muncul, menunjukan berapa
banyak experience point yang kudapat.
“Yeeeeaaaahhh!”
Klein berpose kemenangan dengan senyuman besar di wajahnya dan mengangkat tangan kirinya. Aku menepuknya dan tersenyum padanya.
"Selamat atas kemenangan pertamamu. Tapi, babi hutan itu hanya selemah slime di game lain."
"Eh, benarkah? Kupikir babi hutan itu adalah semi-boss atau sejenisnya."
"Mustahil."
Senyumanku menjadi agak miris saat aku menyarungkan pedangku di punggungku.
Meskipun aku menggodanya, aku mengerti perasaannya sekarang.
Karena aku punya pengalaman 2 bulan lebih daripada dia. Hanya sekarang
dia bisa merasakan kegembiraan menghancurkan musuhnya dengan tangannya
sendiri.
Klein mulai menggunakan Sword Skill yang sama berulang-ulang
sambil berteriak. Mungkin itu adalah salah satu caranya untuk berlatih.
Aku meninggalkannya sendiri dan melihat sekeliling.
Padang rumput yang terbentang sangat luas ini bersinar kemerahan
saat matahari mulai terbenam. Di utara terlihat bayang-bayang hutan,
danau yang berkilauan, dan aku bisa melihat tembok yang mengelilingi
kota hingga ke timur. Di bagian barat ada langit yang tak terbatas
dengan awan berwarna keemasan yang melayang di atasnya.
Kami ada di padang rumput yang terbentang di sebelah timur dari
«Kota Awal» yang berada di ujung utara dari lantai pertama kastil
terbang raksasa «Aincrad». Seharusnya ada banyak sekali player lain yang
sedang bertarung dengan monster di sekitar sini, tapi karena terlalu
luas, tidak ada satu pun dari mereka yang terlihat.
Terlihat puas, Klein menyarungkan pedangnya dan berjalan kemari sambil melihat sekeliling juga.
"Omong-omong, berapa kali pun aku melihat sekeliling seperti ini
aku masih belum bisa percaya kalau kita ini «berada di dalam game»."
"Yah, meski kau bilang 'di dalam', bukan berarti kalau jiwa kita
tersedot ke dalamnya atau sejenisnya. Yang melihat dan mendengar
bukanlah mata dan telinga, melainkan otak kita dengan mengirimkan sinyal
dari «Nerve Gear».
Aku berkata begitu sambil mengangkat bahuku. Klein mengerutkan bibirnya seperti anak kecil.
"Kau mungkin sudah terbiasa sekarang, tapi bagiku ini adalah
pertama kalinya aku melakukan «Full Dive». Bukankah ini luar biasa?
...Aku benar-benar bersyukur dilahirkan di zaman ini!"
"Kau berlebihan."
Tapi meskipun tertawa, aku setuju dengannya.
«Nerve Gear»
Itulah nama perangkat keras yang menjalankan VRMMORPG—«Sword Art Online».
Bentuk dasar mesin ini sangat berbeda dibandingkan dengan yang lama.
Tidak seperti perangkat keras tipe lama yang seperti "monitor
layar datar" atau "stick game", Nerve Gear mempunyai bentuk seperti helm
yang menutupi seluruh kepala dan wajah.
Di dalamnya terdapat banyak pemancar sinyal, dan dengan
menggunakan pemancar sinyal itu, Gear-nya langsung mengakses ke dalam
otak si pemakai. Si pemakai tidak menggunakan mata dan telinganya untuk
melihat dan mendengar, melainkan menangkap sinyal yang dikirimkan
langsung ke otak mereka. Ditambah lagi, mesinnya tidak hanya bisa
mengakses indra pendengaran dan penglihatan, tapi juga bisa mengakses
indra peraba, perasa, dan penciuman. Singkatnya, kelima indra.
Setelah memakai Nerve Gear, kalian kunci tali pengikatnya di dagu
dan mengatakan perintah inisiasi («Link Start»), semua suara menghilang
dan kalian akan diselimuti kegelapan. Segera, setelah melewati
lingkaran berwana pelangi di tengah, kalian sudah berada di dunia yang
terbuat sepenuhnya dari data.
Jadi...
Setengah tahun lalu, mesin ini (yang mulai dijual pada Mei 2022)
berhasil membuat «Virtual Reality». Perusahaan elektronik yang membuat
Nerve Gear menyebut keadaan terhubung dengan Virtual Reality...
«Full Dive».
Dunia yang sepenuhnya terpisah dari kenyataan, cocok dengan kata "full".
Alasannya adalah karena Nerve Gear tidak hanya mengirimkan sinyal
palsu pada kelima indra, tetapi juga memblokir dan mengembalikan sinyal
yang dikirimkan oleh otak ke tubuh.
Ini bisa dibilang syarat paling dasar untuk bergerak dengan bebas
di dalam Virtual Reality. Jika tubuhnya menerima sinyal dari otak
ketika si pengguna dalam keadaan Full Dive, pada saat si pengguna
memutuskan untuk «Berlari», tubuh asli mereka akan menabrak tembok.
Karena Nerve Gear mampu mengembalikan perintah yang dikirimkan
oleh otak melalui tulang belakang, aku dan Klein bisa bebas menggerakan
avatar kami dan mengayunkan pedang kami sesukanya.
Kami benar-benar terjun ke dalam game.
Pengalaman ini benar-benar memikatku dan banyak player lainnya, hingga
membuat kami tidak akan pernah bisa kembali ke pena-sentuh atau sensor
gerakan.
Klein melihat ke arah angin yang berhembus melalui padang rumput dan tembok kastil dengan air mata sungguhan di matanya.
"Jadi, SAO adalah game pertama yang kaumainkan dengan Nerve Gear?" Aku bertanya.
Klein yang terlihat seperti seorang prajurit tampan yang berasal dari zaman perang menengok ke arahku dan mengangguk.
"Ya."
Jika dia menggunakan ekspresi yang serius di wajahnya, dia akan
terlihat seperti aktor yang sedang memerankan drama zaman dulu. Tentu
saja ini sangat berbeda dari tubuh aslinya di dunia nyata. Ini hanyalah
avatar yang dibuat berasal dari memilih diantara daftar pilihan.
Tentu saja, aku juga terlihat seperti seorang protagonis yang sangat tampan dari sebuah anime fantasi.
Klein meneruskan pembicaraan dengan suaranya yang terdengar pelan
tapi bersemangat, tentu saja ini juga berbeda dengan yang di dunia
nyata.
“Yah, tepatnya aku membeli perangkat kerasnya segera setelah aku
mendapatkan SAO. Hanya ada sepuluh ribu yang dikeluarkan sekarang, jadi
kupikir aku memang sangat beruntung. Tapi, kalau dipikir-pikir kau
sepuluh kali lebih beruntung daripada aku karena kau terpilih untuk beta
testing. Mereka cuma mengambil seribu orang!”
“Ah, ya, benar juga.”
Klein terus melihat ke arahku. Tanpa sadar aku menggaruk kepalaku.
Aku masih ingat kesenangan dan rasa antusias saat pembuatan
«Sword Art Online» diumumkan sudah selesai lewat media seperti baru
kemarin.
Nerve Gear telah membuat dunia game menjadi lebih maju dengan
Full Dive-nya. Tapi, karena mesinnya masih baru selesai, hanya game-game
yang tidak terkenal saja yang ada untuk dimainkan. Contohnya puzzle,
dan game-game yang berhubungan dengan pelajaran atau lingkungan, itu
membuat kecewa para penggemar game sepertiku.
Nerve Gear benar-benar bisa menciptakan sebuah Virtual Reality.
Tapi kau hanya bisa berjalan 100 meter sebelum kau mencapai batas
dinding di dunia itu; itu benar-benar mengecewakan. Para pecinta game
sepertiku, yang benar-benar menghargai pengalaman berada di dalam game,
tidak mungkin kalau kami tidak menantikan suatu game dengan gaya
tertentu.
Kami mulai menunggu untuk sebuah game network yang bisa memuat
jutaan orang mendaftar dan masuk, bertarung bersama dan hidup sebagai
karakter mereka sendiri, atau dengan kata lain—sebuah MMORPG.
Ketika rasa antisipasi dan kesabaran kami mencapai puncaknya,
VRMMORPG pertama diumumkan tepat waktunya, «Sword Art Online». Panggung
permainan ini adalah sebuah kastil raksasa yang terdiri dari 100 lantai.
Para player hidup di sebuah dunia dengan hutan dan danau, hanya
mengandalkan pedang dan kemampuan mereka untuk menemukan rute untuk
menuju ke lantai atas dan mengalahkan monster yang tak terhitung
jumlahnya untuk membuka jalan menuju lantai teratas.
«Magic» yang dianggap merupakan bagian yang tidak bisa digantikan
dari MMORPG fantasi telah dihilangkan dan skill yang tidak terhitung
jumlahnya yang bernama «Sword Skills» dibuat. Itu mungkin adalah salah
satu rencana untuk membuat para player bisa merasakan pengalaman dari
pertarungan dengan tubuh mereka sendiri melalui full dive sebanyak
mungkin.
Skill-nya bervariasi termasuk skill produksi seperti pandai besi,
penjahit, dan kemampuan sehari-hari seperti memancing, memasak, dan
bermain musik, mengizinkan player tidak hanya berpetualang di dalam game
besar ini tetapi juga benar-benar «hidup» di dalamnya. Jika mereka mau,
dan skill level mereka cukup tinggi, mereka bisa membeli rumah dan
hidup sebagai pengembala domba.
Saat informasi ini disampaikan, rasa antusias para gamer menjadi semakin tinggi.
Beta test-nya hanya mengajak seribu orang pencoba. Katanya, ada
seratus ribu orang, setengah dari jumlah Nerve Gears yang terjual saat
itu, ingin menjadi pencobanya. Keberuntungan adalah satu-satunya
alasanku bisa terpilih. Selain itu, beta tester mendapat keuntungan
tambahan karena diberikan prioritas ketika game-nya sudah resmi keluar.
Dua bulan beta testing terasa seperti mimpi saja. Di sekolah, aku
selalu memikirkan tentang susunan skill-ku, equipment dan item, dan
lari langsung ke rumah segera setelah sekolah berakhir dan masuk ke game
hingga subuh. Beta test-nya berakhir dalam sekejap mata, dan di hari di
mana karakterku direset, aku merasa kehilangan yang sangat besar
seperti setengah tubuh asliku menghilang.
Dan sekarang-11 November 2022, Minggu.
«Sword Art Online» setelah semua persiapannya telah selesai, jam 1 siang servis server-nya resmi dimulai.
Tentu saja, aku telah menunggu selama 30 menit dan langsung masuk
tanpa menunggu sedetik pun, tapi ketika aku memeriksa keadaan
server-nya, sembilan ribu lima ratus orang lebih sudah masuk ke dalam
game. Sepertinya semua orang yang beruntung mendapatkan gamenya
merasakan hal yang sama denganku. Semua situs penjualan online
mengumumkan kalau gamenya terjual habis tepat setelah penjualan dibuka
dan penjualan offline, yang dimulai sejak kemarin, telah terbentuk
barisan orang yang mengantri lebih dari empat hari, membuat keributan
yang cukup hingga bisa masuk dalam berita. Itu berarti semua orang yang
beruntung bisa membeli kaset game nya hampir semuanya adalah penggemar
game serius.
Kelakuan Klein menunjukan semua ini dengan jelas.
Setelah aku masuk ke dalam SAO, aku mulai berlari melalui jalan
batu yang sudah kukenal di «Kota Awal» untuk menuju ke toko senjata.
Menyadari kalau diriku adalah seorang beta tester setelah melihatku
memulai dan berlari tanpa ragu, Klein berlari ke arahku.
“Hei, ajarkan aku beberapa hal!” dia memohon.
Aku heran kenapa dia bisa begitu tidak tahu malu dan memohon ke
orang yang baru dia temui. Aku kehilangan kata-kataku karena takjub.
“Ah, kalau begitu… Bagaimana kalau kita ke toko senjata dulu?”
Aku menjawabnya seperti seorang NPC; kami akhirnya membuat sebuah Party,
dan aku mulai mengajarinya beberapa dasar bertarung—dan itulah mengapa
kami berakhir seperti ini.
Sebenarnya, aku tidak terlalu akrab dengan orang di dunia nyata
atau di dalam game, bahkan mungkin lebih sedikit di dalam game dibanding
dengan di dunia nyata. Selama beta testing aku mengenal beberapa orang,
tapi aku tidak terlalu dekat dengan mereka hingga tidak bisa menyebut
mereka sebagai teman.
Tapi Klein punya sisi yang agak bersahabat, dan aku juga tidak
berpikir kalau itu tidak mengenakkan. Berpikir kalau aku mungkin bisa
akrab dengannya, aku membuka mulutku.
“Jadi… Apa yang sekarang mau kaulakukan? Apa kau mau terus berburu hingga kau terbiasa?”
“Tentu! Itu yang mau kubilang, tapi…”
Mata Klein melihat ke arah bawah kanan dari penglihatannya. Dia pasti sedang memastikan waktu.
“…Yah, aku harus keluar dari game dan makan. Aku memesan pizza untuk jam 5:30.”
“Benar-benar sudah mempersiapkan segalanya.”
Aku tidak bisa mengatakan hal lain, Klein membusungkan dadanya.
“Tentu saja!” dia berkata begitu dengan bangga. “Aku sudah janji
untuk bertemu beberapa teman di «Kota Awal» sebentar lagi. Aku bisa
memperkenalkan beberapa dari mereka dan kau bisa mendaftarkan mereka
sebagai teman. Dengan begitu kau bisa kapan pun mengirim pesan.
Bagaimana?”
“Errr… Hmmm…,” Tanpa sadar aku bergumam.
Aku agak akrab dengan Klein, tapi tidak ada jaminan kalau aku
bisa akrab dengan teman-temannya. Aku merasa kalau kemungkinannya lebih
besar kalau aku tidak akan bisa akrab dengan mereka, dan sebagai
akibatnya, aku juga tidak bisa berteman dengan Klein lagi.
“Haruskah aku…?”
Terlihat mengerti alasanku menjawab dengan tidak begitu yakin, Klein menggelengkan kepalanya.
“Ah, aku tidak bermaksud memaksamu. Lagipula akan ada kesempatan lain untuk memperkenalkan mereka.”
“…Ya. Maaf, dan terima kasih.”
Segera setelah aku berterima kasih padanya, Klein menggelengkan kepalanya sekuat mungkin.
“Hei, hei! Seharusnya aku yang berterima kasih padamu. Aku
menerima banyak bantuan darimu. Aku akan membalas jasamu lain kali.
Kalau kita ketemu lagi.”
Klein tersenyum dan melirik ke arah jam sekali lagi.
“…Yah, aku akan keluar sebentar. Terima kasih banyak, Kirito. Sampai jumpa lagi.”
Dengan begitu, dia menaruh tangannya ke depan. Saat itu, kupikir
orang ini pasti adalah seorang pemimpin yang hebat di dalam «game lain»
dan bersalaman dengannya.
"Ya, sampai jumpa."
Kami melepaskan tangan masing-masing.
Itu adalah saat di mana Aincrad, atau Sword Art Online, berhenti menjadi sebuah «game» yang menyenangkan bagiku.
Klein berjalan mundur sedikit dan menempelkan jari tengah dan
jempol tangan kanannya lalu menarik ke bawah..
Ini adalah hal yang perlu dilakukan untuk memanggil «Main Menu Window».
Segera setelahnya terdengar suara berdering dan muncul sinar kotak
berwarna ungu.
Aku menyingkir sedikit dan duduk di sebuah batu lalu membuka
menu-ku juga. Aku mulai menggerakkan jariku untuk menyusun item yang
kudapat setelah bertarung dengan boar tadi.
Lalu.
"Eh?" Klein berkata dengan nada yang aneh.
"Apa ini? …tidak ada tombol Log Out-nya."
Saat itu aku berhenti menggerakkan jariku dan mengangkat kepalaku.
"Tidak ada tombolnya…? Mustahil, coba lihat lebih jelas."
Aku berkata dengan sedikit bingung. Dia membuka matanya
lebar-lebar di bawah bandannanya dan mendekatkan kepalanya ke menu.
Kotaknya lebih panjang ke samping daripada ke atas, dan mempunyai
sekumpulan tombol di bagian kiri serta sebuah gambaran karakter yang
menunjukkan equipment yang kaupakai di bagian kanan. Di bagian bawah
menu ada tombol «LOG OUT» yang digunakan untuk keluar dari dunia ini.
Ketika aku kembali melihat ke arah list yang menunjukkan item
yang kudapat setelah beberapa jam bertarung, Klein mulai berbicara
dengan nada tinggi tidak seperti biasanya.
“Benar-benar tidak ada. Coba lihat Kirito.”
“Sudah kubilang tidak mungkin tidak ada di sana…” aku bergumam
sambil menghela napas lalu mengklik ke tombol di bagian kiri atas untuk
kembali ke menu screen.
Storage Window dibagian kanan menutup dan kembali ke menu utama.
Di sebelah kiri dari gambar karakter, yang masih memiliki banyak tempat
kosong, tersusun tombol-tombol.
Aku menggerakkan tanganku ke bawah seperti biasa dan—
Tubuhku membatu.
Tidak ada.
Seperti yang dikatakan Klein, tombol yang ada di sana ketika beta
test—tidak, bahkan tombol yang masih ada ketika aku masuk ke dalam
game—telah menghilang.
Aku memandangi tempat kosong itu selama beberapa detik, lalu
melihat ke seluruh bagian menu, memastikan kalau itu bukan dipindahkan
saja posisinya. Klein melihatku dengan kata “Benar, 'kan?” tertulis
diwajahnya.
“…tidak ada, 'kan?”
“Ya, tidak ada.”
Aku mengangguk, meski itu agak menjengkelkan untuk langsung
setuju dengannya. Klein tersenyum dan mulai mengusap-usap dagunya yang
tebal.
“Yah, ini kan hari pertama, jadi bug seperti itu mungkin
terjadi. Seharusnya sekarang para GM sedang kewalahan dengan jumlah
pesan yang membanjiri pesan masuk-nya,” Klein berkata dengan tenang.
“Apakah tidak apa-apa kalau kau hanya berdiri saja seperti itu?
Kau bilang kalau kau memesan pizza, ya 'kan?” Aku sedikit menggodanya.
“Ah, benar juga!!”
Aku tersenyum saat melihatnya kepanikan, dan membuka matanya lebar-lebar.
Aku melempar beberapa item yang tidak kuperlukan dari inventory,
yang telah menjadi merah karena terlalu banyak item di dalamnya, lalu
aku berjalan kearah Klein.
“Argh! pizza ikan teri dan ginger ale ku-!”
“Kenapa kau tidak coba menghubungi GM? Mereka mungkin bisa memutuskan hubungan servermu dari sana.”
“Sudah kucoba, tapi tidak ada respon sama sekali. Ini sudah pukul 5:25! Hei, Kirito! Apa tidak ada cara lain untuk Log Out?”
Setelah mendengarkan apa yang Klein katakan sambil melambaikan tangannya—
Wajahku menjadi kaku. entah kenapa aku merasa takut dan merinding di punggungku.
“Coba kupikir… Untuk Log Out…”
Aku berbicara sambil berpikir.
Untuk keluar dari Virtual Reality ini dan kembali ke kamarku, aku
harus membuka Main Menu, menekan tombol 'Log Out' dan menekan 'Yes' di
jendela yang muncul di sebelah kanan. Itu sangat simpel. Tapi-pada saat
yang sama, selain prosedur itu, aku tidak tahu cara lain untuk keluar
dari game.
Aku melihat ke wajah Klein, yang berada sedikit lebih tinggi dari wajahku dan menggelengkan kepalaku.
“Tidak… Tidak ada. Jika kau mau Log Out dari game, kau harus menggunakan tombol di menu, selain itu tidak ada cara lain.”
“Itu mustahil… Pasti ada suatu cara!”
Klein tiba-tiba mulai berteriak seperti kalau dia tidak mempercayai kata-kataku.
“Kembali! Log Out! Kabur!”
Tapi tentu saja, tidak ada yang terjadi. Di SAO tidak ada perintah suara seperti itu.
Setelah dia berteriak ini dan itu dan bahkan melompat, Aku berbicara padanya.
“Klein, itu sia-sia. Bahkan di manual tidak tertulis apa pun tentang pemutusan akses darurat.”
“Tapi… Ini gila! Bahkan jika ini adalah bug, aku bahkan tidak bisa kembali ke kamarku semauku!” Klein berteriak dengan ekspresi bingung diwajahnya.
Aku sangat setuju dengannya.
Ini mustahil. Benar-benar tidak masuk akal. Tapi ini kebenaran yang tidak bisa dibantah.
“Hei… Apa-apaan ini? Ini benar-benar aneh. Sekarang, kita tidak bisa keluar dari game ini!"
Klein tertawa menyedihkan dan mulai berbicara lagi.
“Tunggu, kita cukup mematikannya saja. Atau lepas saja «Gear»-nya.”
Ketika aku melihat Klein menggerakkan tangannya, yang bergerak
seperti sedang melepas sebuah helm yang tidak terlihat, aku merasa kalau
kegelisahanku kembali.
“Itu mustahil, dua-duanya. Sekarang ini kita tidak bisa
menggerakkan tubuh asli kita. «Nerve Gear»-nya menerima semua sinyal
yand dikirim dari otak kita dan mengirimkannya kemari…” Aku memegang
bagian belakang kepalaku. “… dan menyampaikannya ke tubuh kita di sini.”
Klein perlahan-lahan menutup mulutnya dan menurunkan tangannya.
Kami berdua berdiri tanpa berbicara selama beberapa saat, saling berpikir.
Untuk mendapat keadaan Full Dive, Nerve Gear memblokir semua
sinyal yang dikirim oleh otak kita dan mengirimkannya kemari supaya kita
bisa mengontrol tubuh kita di dunia ini. Jadi, berapa liarpun aku
menggerakkan tubuhku di sini, tubuhku di dunia nyata, yang sedang
terbaring di kasur sekarang tidak akan bergerak sedikit pun; memastikan
kalau aku tidak akan membenturkan kepalaku ke sisi meja atau apa pun.
Tapi karena fungsi ini, kita tidak bisa bebas keluar dari kondisi Full Dive.
“…jadi, selain bug-nya diperbaiki atau seseorang dari
dunia nyata melepaskan Gear-nya, kita hanya bisa menunggu?” Klein
bergumam, terlihat sedikit pusing.
Aku diam-diam setuju dengannya.
“Tapi aku tinggal sendiri. Kau?”
Aku sedikit ragu-ragu tapi aku mengatakan yang sebenarnya padanya.
“…Aku tinggal dengan ibuku dan adik perempuanku, bertiga. Kupikir
aku pasti akan dipaksa keluar dari kondisi Dive jika aku tidak keluar
saat makan malam…”
“Apa? Be-Berapa umur adik perempuanmu?”
Klein tiba-tiba melihat ke arahku, matanya bercahaya. Aku mendorong kepalanya menjauh.
“Kau agak tenang sekarang, ya 'kan? Dia anggota klub olahraga dan
membenci game, jadi dia tidak mungkin bisa akrab dengan orang seperti
kita… Tapi daripada itu,”
Aku membentangkan tangan kananku untuk mengganti jalan pembicaraannya.
“Apa kau tidak berpikir… kalau ini aneh?"
“Tentu saja. Ini kan bug.”
“Bukan, maksudku bukan hanya bug saja, ini adalah bug
«mustahil untuk Log Out», ini masalah yang cukup besar yang bisa
membuat pengoperasian game itu sendiri terganggu. Seperti pizza-mu di
dunia nyata yang semakin mendingin setiap detik, ini benar-benar
merugikan keuangan, ya 'kan?"
“…sebuah pizza dingin… Itu sama saja dengan natto keras!”
Aku mengabaikan komentar yang tidak berarti itu dan melanjutkan pembicaraan.
“Jika sudah seperti ini, seharusnya operator akan segera
mematikan server nya dan membuat semua player Log Out apa pun yang
terjadi. Tapi… Ini sudah lebih dari 15 menit sejak kita menyadari hal
ini dan belum ada satu pun pesan dari sistem yang muncul, meski kita
abaikan penghentian server-nya, ini sudah terlalu aneh."
“Hmm, sekarang kupikir-pikir kau benar juga."
Sekarang Klein mulai mengusap dagunya dengan ekspresi serius
diwajahnya. Di bagian bawah bandanna yang menutupi dahinya, pengetahuan
terpancar di dalam matanya.
Aku mulai mendengarkan Klein, merasa sedikit aneh berbicara
dengan orang yang tidak akan pernah kutemui jika aku telah menghapus
akun milikku.
“…perusahaan yang membuat SAO, «Argus» adalah perusahaan yang
terkenal karena sangat memperhatikan penggunanya, ya 'kan? Itulah kenapa
orang-orang berebutan membeli kasetnya meskipun ini adalah game online
pertamanya. Semua itu akan sia-sia jika mereka membuat kesalahan seperti
ini di hari pertamanya."
“Aku setuju, dan SAO adalah VRMMORPG pertama. Jika ada sesuatu yang salah sekarang, mereka pasti akan segera memperbaikinya."
Klein dan aku melihat wajah virtual masing-masing dan menghela napas.
Musim di Aincrad dibuat berdasarkan kenyataan, jadi sekarang di sini juga sedang memasuki musim gugur.
Aku melihat ke atas, menghirup udara virtual, menarik napas dingin yang dalam.
Sekitar 100 meter di atas aku bisa melihat atap berwarna ungu
muda yang merupakan bagian bawah dari lantai 2. Sambil mengikuti
permukaannya yang tidak rata, aku melihat menara besar—«labirin» yang
merupakan jalan menuju ke lantai atas, dan melihatnya terhubung dengan
jalan keluarnya.
Saat itu jam 5:30 lewat dan garis kecil di langit yang terlihat
berwarna merah seperti matahari terbenam. Meski berada di situasi
seperti ini, melihat padang rumput luas yang berwarna keemasan karena
memantulkan sinar matahari sore, aku menemukan diriku tidak bisa
berbicara di depan keindahan dunia virtual ini
Tepat sesudahnya.
Dunia berubah selamanya.
Catatan Penerjemah
- Jump up ↑ Party = Kelompok dalam game
- Jump up ↑ Pakaian untuk melindungi tubuh dari serangan
- Jump up ↑ Ancang-ancang untuk meng-inisiasi Sword Skill
- Jump up ↑ Pedang pendek dengan mata pedang melengkung
- Jump up ↑ Slime = Lendir/Lumpur. Biasanya monster paling lemah dalam game (yang dimainkan Kirito dan Klein tentunya)