"Wha... apa itu!?”
"Apa yang kamu maksud? Kamu tahu apa ini. Sekarang, ayo bangun!"
Benda yang telah Asuna paksakan kepadaku adalah pakaian baruku.
Walaupun pakaian itu memiliki desain yang sama dengan mantel yang biasa
aku pakai,tetapi warnanya putih menyilaukan. Terdapat sebuah salib kecil
di setiap mansetku dan satu salib besar di bagian punggungku; ketiganya
di warnai merah cerah. Pakaian ini, tanpa keraguan sedikitpun, adalah
sebuah seragam KOB.
"...A-aku bilang aku ingin sesuatu yang polos...”
"Seragam ini sudah cukup polos. Yeah, kamu cocok memakai pakaian ini!!”
Aku terperosot kembali ke kursi goyang ketika semua kekuatan
hilang dari tubuhku. Aku masih tinggal di lantai kedua dari toko milik
Agil. Tempat ini telah menjadi tempat perlindungan dari bencanaku, jadi
pemilik toko yang patut dikasihani itu hanya dapat tidur di tempat tidur
sederhana pada lantai pertama. Satu-satunya alasan dia belum mengusirku
adalah karena Asuna datang setiap hari untuk membantu di toko. Hal itu
adalah kesempatan periklanan terbaik yang dapat dia dapatkan.
Sementara aku mengeluh di kursiku, Asuna datang dan duduk di
sandaran tangan, yang telah menjadi tempat pilihannya. Dia menggoyangkan
kursinya sembari tersenyum, seakan-akan keadaan sulitku sekarang terasa
menyenangkan baginya, dan kemudian menepukkan kedua tangannya
seakan-akan dia baru saja memikirkan sesuatu.
"Ah, kita lebih baik mengucapkan salam perkenalan kita dengan baik. Sebagai anggota dari guild, aku harap kita dapat akur.”
Karena dia tiba-tiba membungkuk, aku menegakkan punggungku untuk menjawab.
"A-aku juga berharap kita dapat akur.... lalu kemudian juga, aku
hanyalah seorang anggota biasa sedangkan kamu adalah wakil-ketua,
jadi...”
Kekalahanku dalam duel melawan Heathcliff telah terjadi dua hari
yang lalu. Karena aku bukanlah orang yang akan mengingkari janjinya, aku
bergabung dengan Knights of the Blood seperti yang telah aku setujui
dengan Heathcliff, guild memberiku waktu dua hari untuk bersiap-siap,
jadi mulai besok aku akan mengikuti perintah mereka untuk menjelajahi
labirin dari lantai tujuh-puluh-lima.
Bergabung dengan sebuah guild, huh-.
Asuna melirikku karena dia mendengar helaan napas pelanku.
"... kamu terlibat dalam semua ini karena aku.”
"Nah, tidak apa-apa. Hal ini adalah kesempatan baik untukku. Aku juga mulai merasakan batasan-batasan dalam bermain solo...”
"Aku sangat lega mendengarmu mengatakan hal itu... Hey, Kirito-kun...”
Kedua mata Asuna yang seperti kemiri menatap langsung kepadaku.
"Dapatkah kamu memberitahukanku mengapa kamu menghindari
guild-guild... menghindariorang-orang...? Aku rasa ini bukanlah karena
kamu adalah seorang beta tester ataupun unique skill user, karena kamu
adalah orang yang sangat baik.”
Aku memindahkan pandanganku ke bawah dan secara perlahan menggoyangkan kursiku.
"...dahulu... lebih dari satu tahun yang lalu sebenarnya, aku pernah bergabung dengan sebuah guild...”
Kata-kataku keluar dengan begitu mudahnya sehingga hal itu
mengejutkanku. Mungkin ini karena aku merasa pandangan mata Asuna akan
dapat mencairkan kepedihan yang menusukku setiap kali aku memikirkan
mengenai hal ini.
"Aku pernah ditawarkan sebuah posisi dalam guild setelah aku
bertemu dan membantu mereka secara kebetulan di dalam sebuah area
labirin... Guild ini berukuran kecil dengan hanya enam anggota, termasuk
aku, dan guild ini memiliki nama yang menarik: «Black Cats of the Full
Moon»."
Asuna tersenyum ringan.
"Pemimpin guildnya adalah orang yang baik. Dia adalah seorang
pengguna two-handed staff bernama Keita. Dia selalu mengutamakan anggota
guild dahulu di dalam situasi apapun, sehingga semua sangat
mempercayainya. Dia memberitahukanku bahwa dia sedang mencari seseorang
untuk menjadi forward, karena kebanyakan anggota guildnya menggunakan
senjata dua tangan dengan jarak jangkau yang lebih jauh ...”
Sejujurnya, level mereka semuanya jauh berada di bawah levelku.
Tidak, aku seharusnya mengatakan bahwa akulah yang menaikkan level
terlalu banyak.
Bila aku telah memberitahukan dia levelku, Keita pasti akan
berpikir sebaliknya untuk mengundangku. Tetapi aku telah lelah pergi ke
labirin sendirian hari demi hari, dan suasana seperti keluarga dari para
«Black Cats» telah membuatku iri. Hal ini terasa seperti mereka adalah
teman dalam dunia nyata, karena percakapan mereka antar satu dengan yang
lain tidak memiliki kecanggungan ataupun jarak yang biasanya tampak
dalam percakapan online antara para pemain; hal itu jugalah yang telah
membuatku terpikat dalam.
Secara terus terang, aku tidak mempunyai hak apapun mengenai
keinginan untuk mendapatkan kepedulian dari orang lain. Aku telah
kehilangan hak itu ketika aku memutuskan untuk menjadi solo player dan
secara egois menaikkan level hanya untuk kepentinganku sendiri. Tetapi
aku telah meredam suara hatiku dan bergabung dengan guildnya,
menyembunyikan baik levelku dan masa laluku sebagai beta-tester.
Keita bertanya kepadaku bila aku dapat melatih salah satu dari
pengguna tombak mereka menjadi pengguna pedang-dan-perisai. Karena
kemudian akan ada tiga forward , termasuk diriku sendiri, dan guild ini
akan menjadi sebuah kelompok yang timbang.
Pengguna tombak yang telah dipercayakan kepadaku adalah seorang
gadis pendiam dengan rambut hitam sepanjang bahu bernama Sachi. Saat
kami pertama kali dikenalkan, dia berkata, dengan tersenyum malu, bahwa
walaupun dia telah lama menjadi gamer, dia belum dapat berteman dengan
banyak orang karena kepribadiannya. Setiap kali tidak ada kegiatan
guild, aku bepergian dengannya dan mengajarinya bagaimana menggunakan
single-handed-sword.
Sachi dan aku memiliki kemiripan dalam banyak hal. Kami berdua
sama-sama canggung dalam bersosialisasi, memilih untuk memagari diri
sendiri, akan tetapi takut akan kesendirian.
Lalu suatu hari, dia tiba-tiba memberitahukanku bahwa dia takut
akan kematian, bahwa dia merasa sangat takut akan permainan kematian ini
sehingga dia tidak mau pergi keluar dan berlatih.
Sebagai jawaban atas pembukaan rahasianya, aku hanya dapat
mengatakan “Aku tidak akan membiarkanmu mati.” Aku tidak dapat
mengatakan apapun kepadanya karena aku masih mencoba untuk
menyembunyikan levelku. Setelah dia mendengar jawabanku, dia menangis
sedikit sebelum memaksakan diri untuk tersenyum.
Pada hari yang lain, beberapa waktu kemudian, kami berlima, semua
anggota guild kecuali Keita, pergi kedalam sebuah labirin. Keita tidak
ikut karena dia sedang pergi untuk menawar sebuah rumah untuk digunakan
sebagai markas utama kami dengan uang yang telah berhasil kami tabung.
Walaupun labirin yang kami datangi sudah diselesaikan, masih
terdapat beberapa area yang belum dijelajahi di dalamnya. Salah satu
dari kami menemukan sebuah peti harta ketika kami bersiap-siap untuk
pergi. Aku menyarankan yang lain untuk tidak menghiraukan peti itu,
karena kami berada di dekat garis depan sehingga monster yang ada
memiliki level yang tinggi. Selain itu, aku tidak mempercayai trap
dismantling skill dari anggota guild. Tetapi karena hanya Sachi dan aku
yang menolak untuk membuka peti harta itu, kami kalah dalam voting 3
banding 2.
Jebakan yang ada adalah tipe alarm, salah satu dari tipe-ripe
terburuk dari jebakan yang ada. Segera sesudah kami membuka peti itu,
sebuah alarm yang memekakkan telinga berbunyi, dan monster mulai
mengalir masuk dari semua pintu masuk kedalam ruangan itu. Kami segera
berusaha untuk kabur dengan ber-teleport.
Tetapi ternyata jebakannya berlapis dua. Ruangan itu juga adalah
Anti-Crystal Area- sehingga kristal-kristal milik kami tidak berfungsi.
Di sana sungguh-sungguh terdapat terlalu banyak monster untuk
ditahan. Anggota-anggota yang lain jatuh dalam kebingungan total dan
berlarian tanpa tujuan. Aku mencoba untuk membuka jalan dengan
menggunakan teknik pedang tingkat tinggi yang telah aku sembunyikan
hingga seakrang, tetapi para anggota yang panik tidak dapat melarikan
diri pada waktunya. Satu per satu, HP mereka jatuh ke angka nol, dan
mereka berteriak sebelum meledak menjadi kepingan-kepingan. Aku berpikir
setidaknya aku dapat menyelamatkan Sachi dan mengayunkan pedangku tiada
henti.
Tetapi hal itu sudah terlambat. Aku melihat Sachi berusaha
menggapaiku dengan tangannya sementara sebuah monster memotongnya dengan
tanpa ampun. Kedua matanya tetap mempercayaiku bahkan ketika dia
terpecah seperti sebuah patung kaca dan menghilang. Dia telah
mempercayaiku dan bergantung padaku hingga akhir; tetapi karena
kata-kataku sangat lemah dan dangkal, mereka telah menjadi tidak lebih
dari sebuah janji kosong, sebuah kebohongan.
Keita telah menunggu kami di dalam penginapan yang telah
digunakan sebagai markas sementara kami dengan kunci dari markas utama
baru di tangannya. Setelah kembali kedalam penginapan seorang diri, aku
menjelaskan kepada Keita tentang apa yang terjadi. Dia terus
mendengarkan tanpa suara hingga aku selesai, lalu bertanya kepadaku:
"Bagaimana kamu selamat?”
Lalu aku mengungkapkan levelku yang sesungguhnya dan bahwa aku telah menjadi beta tester.
Keita melotot kepadaku seakan-akan aku adalah sesuatu yang menjijikkan, lalu berkata satu hal.
-Seorang beater sepertimu tidak mempunyai hak apapun untuk bergabung dengan kami.
Kata-kata itu telah menusuk menembusku seakan-akan mereka adalah sebuah pedang baja.
"...apa yang terjadi... dengan orang itu...?”
"Dia bunuh diri.”
Tubuh Asuna bergetar di atas kursinya.
"Dia melompat dari pinggir lantai. Kemungkinan besar mengutukiku...hingga saat-saat terakhirnya...”
Aku merasakan tenggorokanku menyempit. Sementara aku
menghitung-hitung kembali ingatan-ingatan itu yang telah aku kunci jauh
di dalam lubuk hatiku, emosi-emosi yang menyakitkan dari waktu itu
kembali dengan kemurnian yang sempurna. Aku menggertakan gigiku.
Walaupun aku ingin menggapai Asuna untuk penghiburan, sebuah suara di
dalam pikiranku berbisik, “kamu tidak mempunyai hak untuk melakukan hal
itu,” yang meninggalkanku dengan satu-satunya pilihan untuk mengepalkan
kepalan tanganku dengan erat.
"Aku telah membunuh mereka. Bila aku tidak menyembunyikan fakta
bahwa aku adalah seorang beta tester, aku pasti akan dapat membujuk
mereka untuk tidak menghiraukan peti itu. Yang melakukannya adalah
aku... Akulah yang telah membunuh Keita... dan Sachi...”
Dengan kedua mataku terbuka lebar, aku memaksakan kata-kata ini keluar dari gigiku yang bergemeretak.
Asuna tiba-tiba berdiri, mengambil dua langkah ke arahku, dan
mengusap wajahku dengan kedua tangannya. Dia menarik wajahnya yang
cantik lebih dekat ke arahku dengan sebuah senyum hangat.
"Aku tidak akan mati.”
Dia mengatakan hal itu dengan berbisik, akan tetapi suara itu
terdengar sangat jelas. Aku merasa kekuatan meninggalkan tubuhku yang
tegang.
"Karena, aku... aku adalah seseorang yang akan menjagamu.”
Setelah mengatakan hal ini, Asuna membawa kepalaku ke dadanya dan
memeluknya. Aku merasakan sebuah kegelapan yang lembut dan hangat
menutupiku.
Sementara aku menutup kedua mataku, pikiranku menembus selubung
gelap dari ingatanku dan melihat wajah-wajah dari anggota Black Cat;
mereka semua duduk di sebuah meja penginapan, bermandikan dengan sebuah
cahaya oranye.
Aku tidak dapat dimaafkan. Aku tidak akan pernah dapat membayar harga dari kesalahan-kesalahanku.
Akan tetapi walaupun begitu, wajah-wajah yang menetap di ingatanku kelihatannya tersenyum.
Pada hari berikutnya, aku memakai mantel yang sangat putih menyilaukan itu dan pergi dengan Asuna menuju Grandum pada lantai 55.
Mulai hari ini, aku akan memulai tugasku sebagai anggota guild
Knights of the Blood. Akan tetapi, berlawanan dengan kelompok biasanya
yang beranggotakan lima-orang, Asuna memanfaatkan wewenangya dan
memperbolehkan kami untuk membuat kelompok dua-orang; jadi dalam
kenyataannya, hal ini tidak berbeda dengan kemarin.
Tetapi perintah yang menunggu kami di dalam markas utama benar-benar tidak terduga.
"Latihan...?
"Ya. Kita akan membuat kelompok berisika empat orang dan pergi
melalui area labirin dari lantai lima-puluh-lima hingga kita mencapai
area tempat tinggal di lantai lima-puluh-enam.”
Pria yang mengatakan hal ini adalah salah satu dari empat pria
lain yang berada di rapat ketika aku berbicara dengan Heathcliff, Dia
adalah seorang pria besar dengan ikal rambut pirang tebal dan kelihatan
seperti seorang pembawa kapak.
"Tunggu, Godfree! Kirito-kun akan...”
Sementara Asuna mulai berdebat, Godfree mengangkat sebelah
alisnya dan menjawab denga sebuah suara, yang percaya diri, bila bukan
angkuh.
"Bahkan sang wakil-ketua harus mengikuti aturan. Aku tidak
keberatan mengenai kelompok yang dia ikuti untuk penjelajahan. Tetapi
sebagai pemimpin dari pasukan pelopor , aku harus menguji kemampuannya.
Bahkan bila dia adalah seorang pengguna unique skill, kita tidak
benar-benar tahu apakah dia akan berguna bagi kita.”
"D-dengan kekuatan Kirito-kun, tidak mungkin dia akan menjadi sebuah gangguan...”
Aku menenangkan Asuna yang gelisah sebelum berkata:
"Bila kamu ingin melihat, maka aku akan menunjukkanmu. Tetapi aku
tidak ingin membuang-buang waktu pada labirin level rendah seperti itu.
Apakah bergegas melaluinya dalam satu kali perjalanan akan kamu
setujui?”
Godfree menutup mulutnya dengan ekspresi tidak senang. Lalu dia pergi setelah berkata:
"Berkumpul di gerbang kota sebelah barat dalam tiga puluh menit.”
"Sikap macam apa itu!?”
Asuna menendang sebuah pilar baja dengan sepatunya karena jengkel.
"Maafkan aku, Kirito-kun. Mungkin akan lebih baik bila kita telah melarikan diri...”
"Bila kita melakukan hal itu, semua anggota dari guild akan secara bersama-sama mengutukku hingga mati.”
Aku tersenyum dan dengan bercanda memukul kepala Asuna.
"Uuuu, Aku berpikir bahwa kita akan bersama hari ini... haruskah aku pergi bersamamu...?”
"Aku akan segera kembali. Tunggulah di sini.”
"Yeah... hati-hati...”
Asuna mengangguk dengan enggan. Setelah melambaikan tanganku ke arahnya, aku berjalan keluar dari markas besar.
Tetapi ketika aku tiba di tempat yang telah— gerbanf sebelah barat dari— Aku melihat sesuatu yang jauh lebih mengejutkan.
Di sebelah Godfree berdiri orang yang paling tidak ingin aku temui di dunia ini— Kuradeel.